TEMPO Interaktif, Surakarta - Wali Kota Surakarta Joko Widodo mengaku telah menggelar pertemuan dengan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo untuk membicarakan masalah Saripetojo. Pertemuan empat mata tersebut digelar di rumah dinas gubernur di Semarang, kemarin.
Joko Widodo datang ke Semarang dengan didampingi Kepala Bagian Hukum serta Kepala Dinas Tata Ruang Kota. Menurut Joko, mereka berdua (Joko dan Bibit) telah bersepakat untuk saling cooling down menghadapi persoalan bangunan tua bekas pabrik es Saripetojo. Mereka akan bersama-sama menunggu hasil kajian dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah.
Dalam pembicaraan yang berlangsung beberapa menit tersebut, mereka juga bersepakat untuk menunda sementara rencana pembangunan mal di lahan Saripetojo. “Pada intinya, hasil kajian tim dari BP3 akan digunakan sebagai landasan,” kata Joko Widodo, Selasa 5 Juli 2011.
Tim pengkaji tersebut telah dibentuk oleh BP3 sejak pekan kemarin. Tim ini melibatkan beberapa pakar dari tiga perguruan tinggi, yaitu Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, serta Universitas Sebelas Maret.
Hanya saja, hingga saat ini, tim tersebut belum bekerja. “Kami belum memutuskan tugas dan kewenangan dari tim tersebut,” kata Kepala Seksi Pelestarian dan Pemanfaatan BP3 Jawa Tengah, Goetomo.
Bahkan, dia mengaku masih kebingungan untuk menyusun tugas dari tim tersebut. “Tim itu dibentuk atas permintaan kedua belah pihak,” kata Goetomo. Pihak yang dimaksud adalah Pemerintah Kota Surakarta dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Sebenarnya, BP3 sendiri sudah pernah membuat kajian mengenai bangunan Saripetojo tersebut. “Hasilnya, bangunan tersebut merupakan bangunan cagar budaya yang harus dilindungi,” kata Goetomo. Hasil kajian tersebut digunakan untuk proses penetapan di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Meski kedua belah pihak sepakat cooling down, beberapa elemen masyarakat Surakarta tetap menggelar aksi demo menolak rencana Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang akan membangun mal di atas bangunan cagar budaya tersebut. Sejumlah poster saat ini telah terpasang di sekeliling kawasan Saripetojo yang terletak di depan Stasiun Purwosari, Solo.
“Kami masih akan memasang setidaknya 42 spanduk lagi,” kata Sekretaris Pasamuan Pasar Tradisional Surakarta, Wiharto. Menurutnya, spanduk tersebut merupakan sumbangan para pedagang pasar dari 42 pasar tradisional yang ada di Surakarta.
Sementara itu, gabungan Badan Eksekutif Mahasiswa se-Surakarta juga menggelar aksi di tempat yang sama. Mereka menganggap rencana pembangunan mal tersebut merupakan sebuah kapitalisasi di atas lahan bersejarah.
AHMAD RAFIQ