TEMPO Interaktif, Jakarta - Persiapan Kota Padang, Sumatera Barat, menghadapi ancaman tsunami akibat gempa besar hampir matang. Kota ini telah merampungkan pembangunan sistem peringatan dini dan memetakan jalur evakuasi serta lokasi pengungsian.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang Dedi Henidal menyatakan bahwa pemerintah sudah memiliki alat pemantau kegempaan dan tsunami di banyak titik di sekitar Pulau Siberut, Mentawai. Seismograf dan accelerograph yang dikoordinasikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sanggup memberikan peringatan ancaman tsunami 5 menit setelah gempa terjadi.
Tsunami mengancam 560 ribu penduduk Padang yang berada di kawasan merah, daerah yang paling terancam terjangan gelombang air laut. Diperkirakan air laut akan datang 25 menit sejak munculnya peringatan tsunami dari BMKG.
Pemerintah daerah dan BPBD akan meneruskan peringatan dari BMKG melalui jaringan Radio Antisipasi Bahaya Akan Bencana (RABAB). Radio ini akan mengambil inisiatif penyebaran informasi melalui radio kepada masyarakat. Nama Rabab berasal dari kesenian tradisional setempat.
Untuk mengatur ratusan ribu penduduk yang harus dievakuasi dalam waktu kurang dari setengah jam, BPBD melatih petugas dari 104 kelurahan di sekitar bibir pantai sebagai pengarah evakuasi. Proses evakuasi diarahkan agar warga menempuh jalur khusus berupa jalan raya selebar 16-18 meter yang dibangun tegak lurus terhadap garis pantai. "Kami sudah menyelesaikan tujuh dari 20 jalur evakuasi," ujar Dedi di Jakarta, Senin lalu.
BPBD Kota Padang telah menyelesaikan 14 bangunan penyelamat vertikal sebagai lokasi evakuasi. Gedung tiga lantai yang digunakan sebagai sekolah dan kantor pemerintah ini mampu menampung 2.000 orang. Daya tampung beberapa bangunan bisa dimaksimalkan hingga 4.800 orang. Pada tahun 2015 nanti, 100 bangunan penyelamat vertikal diharapkan telah berdiri sehingga mampu menampung 600 ribu warga.
Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain mengatakan bahwa potensi gempa Megathrust di Pulau Siberut Mentawai terus bertambah dari hari ke hari. Penelitian yang dilakukan LIPI menunjukkan bahwa segmen bergerak lebih lambat dibandingkan segmen lain di bagian barat Pulau Sumatera. "Pergerakan lambat ini berarti lempeng terus mengumpulkan energi yang siap dilepaskan setiap saat," ujar Iskandar.
Akumulasi energi ini bertepatan dengan catatan sejarah pada koral di beberapa lokasi di sekitar patahan. Data karang memperlihatkan terjadinya siklus kegempaan Segmen Siberut setiap 270-300 tahun sekali. Segmen aktif ini terakhir kali melepaskan energi pada tahun 1650 sehingga siklus pelepasan energi bisa terjadi dalam beberapa masa mendatang. Penelitian LIPI memperkirakan besar gempa Megathrust mencapai 8,8 Skala Richter.
Kekuatan gempa sebesar ini, tambah dia, akan menghasilkan tsunami besar. Gelombang air laut ini akan bergerak langsung ke Kota Padang sekitar 20-30 menit setelah gempa terjadi. Saat mencapai kota, air laut akan naik setinggi 8-10 meter. "Karenanya, dibutuhkan bangunan setinggi 3 lantai sebagai lokasi penyelamatan penduduk," tambah dia.
ANTON WILLIAM