TEMPO Interaktif, Jakarta:”...Kadang saya berpikir, kalau saya kaya seperti Pak Presiden, saya pasti akan minta kedua orang tua saya menyekolahkan anak-anak itu. Tapi saya tidak mampu. Saya berharap Pak Presiden bisa menyekolahkan anak-anak itu.”
Penggalan surat tentang perhatian terhadap anak-anak jalanan itu dibuat Dila Oktavianti, siswa Sekolah Dasar Negeri 06 Pasir Jambak, Padang, Sumatera Barat. Dila adalah satu di antara ribuan anak yang berkumpul di kawasan Monas, Jakarta Pusat, memperingati Hari Anak Nasional 2011, kemarin.
Fransisca Sianturi, ketua panitia acara Anak Indonesia Bicara, mengatakan pihaknya mengumpulkan lebih dari 2.000 surat sejenis dari anak-anak itu. Seluruh pesannya akan ditabulasi, lalu dititipkan ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia, yang akan menyerahkannya ke alamat presiden. "Ada soal pendidikan, kesehatan, kekerasan, perbaikan infrastruktur, hingga korupsi," kata Fransisca, mengungkap pesan dari isi surat.
Tema korupsi di antaranya ditulis Wafa Zakiyan dari SDN Tenjoayu, Sukabumi, Jawa Barat. "Kepada Bapak Presiden yang baik hati," tulisnya, "saya ingin tidak ada pejabat-pejabat atau orang-orang kaya yang korupsi seperti Gayus Tambunan."
Yang meminta pembiayaan langsung oleh presiden juga bukan cuma Dila. Ada Riane, yang mengisahkan teman sekolahnya yang putus sekolah karena tak mampu membayar uang pangkal pendidikan di sebuah SMP swasta. "Tolonglah bantu biayai sekolahnya walaupun hanya sampai SMA. Yang terpenting, dia punya ijazah yang lumayan tinggi untuk melamar pekerjaan," demikian ia menulis.
Di Bandung, Jawa Barat, Kongres Anak ke-10, yang digelar di Gedung Merdeka, juga berpuncak pada pembacaan tujuh butir Deklarasi Anak kemarin. Sebanyak 330 anak dari 29 provinsi yang berkumpul sejak 18 Juli di tempat itu antara lain meminta agar dijauhkan dari peredaran psikotropika, minuman keras, dan rokok.
Mereka juga meminta pendidikan yang tidak diskriminatif dan dipersiapkan untuk menghadapi teknologi. "Ini kan seperti permintaan anak kepada bapaknya, kenapa tidak boleh?" ujar Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait, menyinggung agenda pembacaan deklarasi itu yang dihapus dari puncak peringatan Hari Anak Nasional, yang dibuka Wakil Presiden Boediono di Ancol kemarin.
MARTHA THERTINA | PINGIT ARIA