Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Misi Menguak Rahasia Jupiter

image-gnews
Juno. i-services.com
Juno. i-services.com
Iklan

TEMPO Interaktif, Cape Canaveral - Tiga panel surya itu bagaikan bilah-bilah sebuah kincir angin. Namun berbeda dengan kincir angin yang berputar untuk membangkitkan listrik, panel surya yang terpasang pada wahana antariksa Juno itu akan menangkap dan mengubah cahaya matahari menjadi listrik 400 watt.

Tenaga listrik itu akan digunakan oleh Juno, yang diluncurkan di atas roket nirawak Atlas V dari Cape Canaveral, Florida, Jumat pekan lalu, untuk menjalankan misi ke Jupiter. Bermodalkan panel surya seukuran traktor atau truk trailer untuk memasok energi yang diperlukan selama perjalanan 3,2 miliar kilometer menuju tata surya terluar, Juno akan menjadi wahana penyelidik terjauh yang menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energi.

Keputusan untuk memilih cahaya matahari sebagai sumber tenaga Juno sebenarnya terjadi secara tidak sengaja, lebih karena alasan praktis ketimbang alasan ramah lingkungan. Satu dekade lampau, tak ada generator berbahan bakar plutonium yang tersedia bagi Bolton dan timnya di San Antonio sehingga mereka memilih panel surya daripada mengembangkan sumber nuklir baru yang mahal dan berpotensi menunda selesainya wahana itu karena harus mengembangkan teknologi baru.

“Bagus juga menjadi 'hijau', tapi itu bukan karena kami takut menggunakan plutonium,” kata ahli astrofisika Southwest Research Institute, Scott Bolton, yang terlibat dalam pembuatan wahana tersebut.

Keberanian menggunakan unsur radioaktif dibuktikan pada sumber energi yang digunakan wahana Mars NASA Curiosity, yang akan diluncurkan pada November mendatang. Laboratorium sains berjalan itu akan menggunakan 4,5 kilogram plutonium sebagai sumber tenaga.

Penggunaan plutonium kerap dikhawatirkan akan membahayakan keselamatan umum jika terjadi ledakan. Misi NASA lainnya, Grail, yang terdiri atas dua wahana kembar yang akan diluncurkan ke bulan pada bulan depan, menggunakan panel surya sebagai sumber tenaga.

Masing-masing sayap dari ketiga panel surya Juno panjangnya 8,8 meter dan lebar 2,7 meter. Ketiga sayap itu sangat diperlukan karena Jupiter hanya menerima cahaya matahari 25 kali lebih rendah ketimbang Bumi.

Panel surya, yang terlipat pada saat peluncuran, mencuat dari wahana itu seperti bilah kincir angin. Setibanya di Jupiter, hampir 800 juta kilometer dari matahari, panel surya itu akan menyediakan listrik bagi Juno sebesar 400 watt. Jumlah itu sangat kecil karena ketika mengorbit di sekitar Bumi, panel semacam itu dapat membangkitkan tenaga hingga 35 kali lipat.

Peluncuran wahana bertenaga matahari itu hanya berjarak dua pekan setelah penerbangan pesawat ulang-alik NASA yang terakhir. Pensiunnya pesawat ulang-alik memberikan daya tarik ekstra pada perjalanan menuju planet terbesar dan ada kemungkinan yang tertua dalam tata surya tersebut. Program senilai US$ 1,1 miliar itu adalah misi pertama dari tiga misi astronomi yang akan dilaksanakan NASA dalam empat bulan berikutnya.

Setelah beberapa kali wahana NASA dikirimkan untuk mempelajari planet itu, para peneliti berharap dapat mengetahui asal usul planet raksasa tersebut melalui eksplorasi Juno. Jupiter, yang terbentuk dari gas, sangat berbeda dengan Bumi atau Mars, yang terbentuk dari batu.

Sebelum Juno mendatangi Jupiter, delapan wahana robotik pernah terbang atau mendekati Jupiter dan deretan bulannya, yang berjumlah 64, sejak 1970-an. Mulai wahana Voyagers dan Pioneers, Galileo, Ulysses, Cassini, sampai New Horizons, yang melewati planet itu pada 2007, ketika wahana tersebut hendak menuju planet kerdil Pluto.

“Ini adalah era baru,” kata Jim Green, Direktur Ilmu Planet NASA. “Manusia berencana untuk berkelana di luar orbit rendah Bumi. Ketika kita melakukannya, perjalanan itu tidak seperti ‘Star Trek’, tidak pergi ke tempat yang belum pernah dikunjungi manusia sebelumnya.”

Bolton, yang juga peneliti utama Juno, mengatakan misi ini sangat penting untuk membuktikan bahwa NASA tetap berjalan seperti biasa setelah berakhirnya pesawat ulang-alik. “Jika kita akan mempelajari siapa kita dan dari mana kita berasal, serta bagaimana bumi bekerja, kita harus tetap melaksanakan misi sains seperti ini, bukan cuma Juno,” ujar Bolton.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam cetak biru program kerja NASA, badan antariksa itu akan mengirimkan astronotnya mencapai asteroid pada 2025, juga ke planet tetangga Bumi, Mars, pada satu dasawarsa berikutnya, meski dibayangi ketidakpastian tentang roket yang akan digunakan untuk melaksanakan misi tersebut. Kesuksesan Juno akan menjadi pertanda baik bagi semua jenis misi yang menggunakan tenaga surya di masa depan.

Dari Bumi, Jupiter memang hanya dibatasi oleh planet Mars, tapi planet itu lumayan jauh sehingga digolongkan sebagai tata surya terluar. Butuh waktu lima tahun bagi Juno untuk mencapai targetnya, lima kali lipat lebih jauh dari matahari ketimbang Bumi.

Belum pernah ada wahana bertenaga matahari yang pernah menjelajah sejauh itu. Perjalanan terjauh Rosetta, wahana pemburu komet bertenaga surya milik Eropa, hanya mencapai sabuk asteroid di antara orbit Mars dan Jupiter.

Juno, yang diambil dari nama istri dewa Romawi, Jupiter, akan mengorbit dalam bentuk oval di sekitar kutub Jupiter pada Juli 2016, setelah melakukan perjalanan sejauh 2,8 miliar kilometer. Wahana itu akan terbang memasuki puncak awan tebal yang menyelimuti Jupiter sedalam 5.000 kilometer, jauh lebih dekat dibanding wahana antariksa sebelumnya. Bila terbang lebih dekat lagi, Juno akan merasakan gaya tarik atmosfer planet itu, yang akan mengubah jalur orbit dan menghambat eksperimen gravitasinya.

Wahana antariksa yang terbang berputar itu akan mengelilingi Jupiter selama satu tahun. Juno akan mengirim data yang membantu menjelaskan komposisi misterius di dalam planet itu. Setiap orbit akan berlangsung selama 11 hari. Jadi, dari 33 orbit yang akan dilakukannya, Juno akan menempuh jarak 560 juta kilometer.

Untuk mendukung misinya, Juno dilengkapi dengan sembilan instrumen, termasuk JunoCam, sebuah kamera bersudut lebar yang akan memancarkan foto-foto kutub dan puncak awan Jupiter dalam tiga panjang gelombang merah, hijau, dan biru untuk dipelajari para peneliti di Bumi.

Perangkat elektronik Juno yang paling sensitif berada di dalam sebuah kubah titanium untuk melindunginya dari radiasi yang luar biasa di sekeliling planet. Paparan radiasi akan semakin buruk pada akhir misi. “Pada dasarnya kami mengirim sebuah tank lapis baja ke Jupiter,” kata Bolton.

Para ilmuwan yakin Jupiter terbentuk dari sebagian besar massa yang tersisa dari pembentukan matahari. Hal itulah yang membuat Jupiter sangat menarik. Dengan mengidentifikasi komposisi planet, selain gas hidrogen dan helium, para astronom berharap dapat menjelaskan dengan lebih akurat bagaimana sebuah tata surya tercipta.

“Kami ingin mengetahui daftar seluruh unsur yang membentuk planet itu,” kata Bolton. “Apa yang kami buru sebenarnya adalah resep membuat planet.”

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Juno akan mempelajari gravitasi dan medan magnetik Jupiter, termasuk atmosfernya yang diliputi awan tebal dan turbulen yang dapat menghasilkan angin berkecepatan 480 kilometer per jam dan hurikan dua kali lipat ukuran Bumi. Eksperimen ini juga akan menyelidiki kandungan air dan oksigen dalam atmosfer Jupiter dan membantu memastikan apakah inti planet tersebut bersifat padat atau gas.

Setelah menuntaskan tugasnya pada 2017, Juno akan “bunuh diri” dengan menabrakkan diri ke Jupiter. NASA tidak ingin wahana itu melayang tak tentu arah dan menabrak Europa atau bulan Jupiter lainnya, serta mengkontaminasi satelit yang suatu saat ada kemungkinan dikunjungi para penjelajah generasi mendatang.

TJANDRA DEWI | AP | NASA | SPACE

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

19 hari lalu

Petugas Kantor Kemenag Kota Sabang melakukan pemantauan hilal di Tugu Kilometer Nol Indonesia, Kota Sabang, Aceh, Minggu, 10 Maret 2024. Kementerian Agama menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024 ANTARA/Khalis Surry
Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

Awal Syawal atau hari Lebaran 2024 diperkirakan akan seragam pada Rabu, 10 April 2024. Berikut ini penjelasan astronom BRIN soal posisi hilal terkini.


Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

25 hari lalu

Komet 12P/Pons-Brooks terlihat setelah letusan besar pada 20 Juli 2023. Tanduk khas dalam letusan itu menjadikan komet ini disebut sebagai komet setan. Foto: Comet Chasers/Richard Miles
Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

Kondisi cuaca, polusi cahaya, dan sempitnya durasi bisa menghambat pengamatan Komet Setan.


Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

25 hari lalu

Pemandangan lintasan meteor di langit malam selama hujan meteor tahunan Perseid di Taman Nasional Shebenik, di Fushe Stude, Albania, 13 Agustus 2023. REUTERS/Florion Goga
Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

Sejumlah fenomena astronomi langka bakal terjadi sepanjang April 2024. Ada hujan meteor, gerhana matahari total, sampai okultasi bintang Antares.


Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

26 hari lalu

Gambaran orbit elips komet 12P/Pons-Brooks yang akan melontarkan 'komet setan' itu mengelilingi matahari pada 2024. Foto: SpaceReference.org
Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

Komet 12P/Pons-Brooks alias komet setan menuju titik terdekatnya dengan matahari dan bumi. Pakar astronomi membantah isu tanda kiamat.


Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

2 Februari 2024

Pegawai BMKG menunjukkan bagan prediksi cuaca di Kantor BMKG Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. (ANTARA/Katriana)
Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

Ingin bekerja di Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika? Berikut 5 program studi di perguruan tinggi yang dibutuhkan BMKG.


Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

6 Januari 2024

Fase awal gerhana bulan sebagian (U1) di Bekasi, Jawa Barat, Minggu, 29 Oktober 2023 dinihari. Fase U1 ini terjadi saat sebagian piringan bulan masuk ke umbra Bumi. ANTARA. FOTO/Paramayuda
Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

Ada lima gerhana bulan dan matahari yang akan terjadi pada tahun 2024.


Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

5 Desember 2023

Hujan meteor Geminid. (nasa.gov)
Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

Beberapa fenomena astronomi mewarnai langit malam Desember 2023.


Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

4 Oktober 2023

Gerhana Bulan terlihat di Bangkok, Thailand, 8 November 2022. REUTERS/Athit Perawongmetha
Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

Gerhana bulan akan terjadi pada Ahad dini hari, 29 Oktober 2023.


Jakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta

6 September 2023

Olimpiade Sains Nasional atau OSN 2023. Dok. Puspresnas
Jakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta

DKI Jakarta meraih juara umum pada Olimpiade Sains Nasional atau OSN 2023 dengan total 71 medali.


Dzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya

4 September 2023

Dzaky Radiansyah bersama medali perak yang diraihnya di International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOOA) ke-16 2023. Foto: Pribadi
Dzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya

Dzaky mengaku menyukai astronomi sejak kelas 3 SMP.