TEMPO Interaktif, Jakarta - Lahan penitipan kendaraan di Ragunan belakang mulai terisi. Ketua Umum PT Kopaja Nanang Basuki mengklaim bila terisinya fasilitas park and ride itu dampak dari mulai beroperasinya Kopaja AC S-13 dengan rute Ragunan Belakang-Cilandak KKO-TB Simatupang-Pondok Indah-Gandaria-Mayestik-CSW-Semanggi-Slipi-Grogol.
"Saya mendapat laporan di lapangan, park and ride di Ragunan belakang mulai terisi. Padahal biasanya kosong," kata Nanang, Rabu, 10 Agustus 2011. Keberadaan Kopaja AC S-13 sejak Senin, 8 Agustus lalu, memang cukup menarik minat masyarakat. Hingga hari ketiga pengoperasiannya sudah 1.200 warga yang menumpang Kopaja itu.
Seorang penumpang yang juga menitipkan kendaraannya di lahan parkir dan memilih naik kopaja AC S-13 adalah Banoe Ilham, 27 tahun. Warga Jelambar, Jakarta Barat, itu memilih menitipkan kendaraan roda duanya di halaman parkir Universitas Trisakti dan menumpang kopaja AC S-13. "Sejak ada kopaja AC saya lebih memilih naik ini ke kantor di Lebak Bulus. Adem," kata Ilham saat ditemui Tempo kala menumpang Kopaja AC S-13.
Kopaja berwarna silver-hijau ini memang berbeda dari Kopaja pada umumnya, yakni memiliki penyejuk ruangan, maksimal penumpang 35 orang terdiri dari 27 penumpang duduk dan delapan berdiri, serta tidak menaikkan pengamen dan penjual asongan. Bila jumlah penumpang sudah 35 orang, kondektur akan memasang tanda bertuliskan "maaf penuh" di kaca depan. Dan sopirnya pun tidak mengendarainya secara ugal-ugalan.
Menurut Nanang, baik sopir maupun kenek tidak diwajibkan mengejar setoran. Malah keduanya mendapat gaji tetap dari perusahaan, yakni Rp 2,3 juta untuk kondektur dan sekitar Rp 2,6 bagi sopir. Besaran gaji itu terdiri dari gaji pokok sekitar Rp 1,2 juta ditambah uang makan dan transportasi sejumlah Rp 22.500 per hari, dan tunjangan operasional Rp 25 ribu per hari. "Sopir dan kondektur juga mendapat tunjangan kesehatan di luar uang gaji mereka," kata Nanang.
Salah seorang kondektur Kopaja AC S-13 yang ditemui Tempo bernama Hermanto, 42 tahun. Sebelum mengawaki Kopaja AC S-13, Hermanto sudah puluhan tahun menjadi kondektur Kopaja biasa. Meski harus berjuang melewati serangkaian tes tertulis agar bisa bergabung di Kopaja AC S-13, Hermanto mengaku senang. "Enak di S-13, enggak capek seperti kenek Kopaja yang lain. Soalnya di sini enggak kejar setoran dan kerja delapan jam sehari," ujar dia.
Saat ini Kopaja AC S-13 memiliki tarif Rp 2.000 per penumpang. Dengan tarif murah tersebut, S-13 tidak bisa menaikkan penumpang di sembarang halte. Alasannya, banyak armada Kopaja lain yang protes akan keberadaan S-13. "Nanti kalau tarif sudah disesuaikan, kami baru bisa menaikkan penumpang di halte mana saja," kata Hermanto.
CORNILA DESYANA