TEMPO Interaktif, Surabaya - Masih ingat Nyonya Siami? Ibu muda itu mengungkapkan praktek sontek massal di SD Negeri Gadel 2 Surabaya pada saat pelaksanaan Ujian Nasional Mei 2011 lalu.
Berkat kejujurannya, orang tua Alifah Ahmad Maulana itu mendapat penghargaan berupa sebuah rumah dari Komunitas Rumah untuk Kejujuran, Selasa, 16 Agustus 2011.
Rumah berukuran 6 x 12 meter seharga Rp 145 juta itu terletak di Jalan Kendung I F Nomor 93, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, Surabaya. Penyerahan rumah kepada Siami itu dilakukan oleh perwakilan Komunitas Rumah untuk Kejujuran, Ida Naudur, di Pendapa Kelurahan Sememi.
Secara simbolis pemilik rumah yang lama, Darjoto, menyerahkan berbagai dokumen kepada Siami, di antaranya berupa petok. Darjoto juga menerima uang pelunasan dari Ida. Penyerahan itu turut disaksikan oleh beberapa aparat kelurahan. “Dengan demikian, secara resmi rumah tersebut telah menjadi milik Bu Siami,” kata Ida.
Setelah dari kantor kelurahan, Siami dan suaminya, Widodo, serta anak keduanya, Enggar Galih Waskita, mengunjungi rumah barunya yang terletak tak jauh dari Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Darma Husada Surabaya itu. Meski hanya berukuran 78 meter persegi, rumah tersebut terasa nyaman dan sejuk.
Selain bangunannya masih baru dan memiliki empat buah kamar tidur, rumah berdinding krem itu juga telah dialiri air Perusahaan Daerah Air Minum. “Selain air PDAM, kami juga telah membuat sumur dan pompa menyedot air. Tinggal pilih ingin yang mana,” ujar Darjoto sambil menyerahkan kunci rumah kepada Siami.
Menurut Ida, uang untuk membeli rumah itu berasal dari urunan orang-orang yang bersimpati kepada Siami. Penggalangan dana dari para donatur dilakukan oleh Direktur Utama PT Tempo Inti Media, Bambang Harymurti, yang juga anggota Komunitas Rumah untuk Kejujuran. “Pak Bambang berinisiatif mencari donatur agar Bu Siami memiliki tempat tinggal baru yang lebih nyaman,” ucap Ida.
Siami merasa terharu terhadap apresiasi yang diberikan kepadanya. Menurut dia, ketika dia membongkar praktek sontek massal di sekolah anaknya, semata-mata hanya karena dorongan hati nurani dan tak terbersit pamrih apa-apa. “Saya tidak menyangka bila perhatian kepada saya sedemikian besar,” tutur Siami dengan mata berkaca-kaca.
Menurut Siami, bila rumah barunya itu telah ditempati, rumahnya yang lama di Jalan Gadel Sari Barat II akan diserahkan kepada saudaranya yang belum memiliki tempat tinggal. Dia merasa nyaman tinggal di Kendung karena relatif dekat dengan sekolah Alif di SMP Negeri 26 Banjarsugihan. “Saya belum berpikir untuk menjual rumah yang lama,” ujar Siami yang pernah diusir oleh warga Gadel itu.
KUKUH S WIBOWO