TEMPO Interaktif, Surabaya - Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan bus Sumber Kencono Senin dini hari, 19 September 2011, bukanlah yang pertama. Jumlah korban tewas yang ditimbulkannya juga selalu banyak.
Berdasarkan data yang dihimpun Tempo, sejak Januari 2011, bus Sumber Kencono terlibat dalam 7 kali kecelakaan di berbagai lokasi di Jawa Timur. Adapun selama tahun 2009-2010, terjadi 51 kecelakaan dengan 129 korban. Sebanyak 36 di antaranya meninggal dunia.
Minggu, 22 Mei 2011, bus Sumber Kencono dengan nomor polisi W 7666 UY menabrak truk nopol AE 8804 BA. Kecelakaan yang terjadi di Jalan Raya Madiun-Surabaya, di Desa Pajaran, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, atau kilometer 133-134 dari Surabaya itu merenggut nyawa 10 orang.
Menurut Kordinator Kontrol PO Sumber Kencono wilayah Surabaya-Yogyakarta, Dwi Harminto, jumlah korban dalam kecelakaan di Madiun adalah yang terbanyak sejak perusahaan itu mulai beroperasi tahun 1981. Namun, jika mengacu jumlah korban dalam kecelakaan di Jalan Raya Krian, Mojokerto, Senin dini hari tadi yang mencapai 19 orang, maka korban jiwa yang direnggut bus Sumber Kencono terus meningkat.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo dibuat jengkel oleh ulah para sopir bus Sumber Kencono. Selang beberapa hari setelah kecelakaan maut di Madiun, Soekarwo dengan tegas memerintahkan Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (Dishub LLAJ) Jawa Timur segera mencabut izin usaha perusahaan tersebut. "Itu sudah menjerumus pada kriminal. Bukan hanya izin trayeknya yang dicabut, tapi juga izin perusahaannya," ucap Soekarwo geram.
Soekarwo bahkan meminta agar dibentuk tim gabungan yang melibatkan berbagai instansi yang berkaitan dengan izin trayek maupun izin usaha bagi perusahaan bus. Dengan demikian, lingkup penyelidikannya bukan hanya masalah perusahaan, melainkan juga menyangkut karakter para sopir. "Bila perlu, pihak kepolisian yang menerbitkan SIM kepada sopir juga diperiksa," ujar Soekarwo.
Sikap tegas Soekarwo tak segera bersambut. Kepala Dishub LLAJR Jawa Timur, Wahid Wahyudi, menjelaskan bahwa kewenangan pencabutan izin trayek maupun izin usaha perusahaan bus berada di pemerintah pusat, yakni Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan. "Kami hanya bisa mengusulkan. Kalau memang menurut Gubernur dicabut, ya, akan kami rekomendasikan," papar Wahid.
Wahid memaparkan, berdasarkan hasil kajian tim Dishub LLAJR bersama Kepolisian Daerah Jawa Timur, penyebab kecelakaan di Madiun karena sikap sopir bus Sumber Kencono yang ugal-ugalan.
Dari sisi jumlah korban yang tewas, sejatinya izin trayek bus Sumber Kencono langsung dicabut. Sebab sesuai klausul undang-undang tentang jalan raya, batasan jumlah korban jiwa adalah 9 orang atau lebih. Pencabutan izin perusahaan pun sudah layak dikenakan kepada perusahaan tersebut. Karena, menurut Wahid, persyaratan untuk pencabutan izin usaha adalah adanya bukti bahwa bus dari perusahaan tersebut telah berkali-kali terlibat kecelakaan.
Wahid mengatakan izin trayek perusahaan bus Sumber Kencono layak dicabut. "Ini sudah tidak bisa ditolerir. Kecelakaan yang mengakibatkan 5 korban meninggal atau lebih pasti akan kami cabut izin trayeknya," kata Wahid, sehari setelah kecelakaan di Madiun.
Namun, hingga bus Sumber Kencono merenggut 19 korban dalam kecelakaan Senin dini hari tadi, alih-alih izin usaha yang dicabut, izin trayeknya pun tak diutak-atik.
Secara keseluruhan bus Sumber Kencono memiliki 255 armada yang terdiri dari 230 bus trayek reguler dan 22 bus cadangan. Pihak perusahaan yang berkantor pusat di Jalan Raya Krian KM.25, Desa Sidorejo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, itu sudah melakukan berbagai perbaikan manajemen.
Seperti dijelaskan Dwi Harminto, setelah peristiwa kecelakaan di Madiun, pihak perusahaan meningkatkan pengawasan dan kontrol terhadap kelayakan bus. Persyaratan rekrutmen pengemudi juga diperketat. Berbagai jenis tes diterapkan, termasuk pengetahuan umum hingga tes fisik. "Kami menetapkan usia calon pengemudi minimal 30 tahun. Pertimbangannya dengan usia minimal 30 tahun tingkat emosionalnya rendah," tuturnya.
Sebagian besar armada bus juga sudah dilengkapi perangkat Global Positioning System (GPS) yang dikendalikan satelit untuk mendeteksi lokasi kendaraan dan mencatat kecepatan bus setiap 5 menit sekali. Dari 230 armada reguler, yang sudah dilengkapi GPS mencapai 130 bus. "Bus dengan fasilitas AC (air conditioner) semuanya dilengkapi GPS dan yang non-AC sebagian juga sudah ada GPS-nya," kata Dwi Harminto.
Manajemen juga selalu mengecek kondisi kendaraan secara berkala dan menyediakan perlengkapan di setiap armada, termasuk layanan SMS pengaduan.
Pihak perusahaan bahkan berencana menayangkan video dokumenter kecelakaan bus Sumber Kencono yang pernah terjadi. "Penayangan gambar kecelakaan agar jadi pelajaran bagi pengemudi sehingga mereka bisa membayangkan risikonya dan diharapkan lebih hati-hati," jelas Dwi Harminto.
Televisi yang menayangkan video dokumenter tersebut dipasang di kantin garasi yang satu lokasi dengan ruang manajemen di kantor pusat di Jalan Raya Krian, Sidoarjo. Adapun penayangan dilakukukan secara rutin, yakni pada pagi, siang, sore, dan malam.
Pihak manajemen bahkan juga mengganti nama bus dari Sumber Kencono menjadi Sumber Selamat. "Sudah dua minggu lalu kami menerima surat perubahan nama bus tersebut," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Terminal Purabaya Bungurasih Surabaya, May Ronald, pertengahan Juli 2011 lalu.
ISHOMUDDIN | FATKHURROHMAN TAUFIQ