TEMPO Interaktif, Cilegon - Dalam sepuluh tahun terakhir, para pengusaha kapal cepat di Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten, mengaku mengalami kebangkrutan. Jika pada awal 2000 jumlah kapal cepat yang beroperasi di Pelabuhan Merak mencapai 12 sampai 14 unit, tahun ini hanya ada tiga kapal cepat. “Kapal yang ada pun tidak semuanya beroperasi,” kata Alex, salah seorang petugas kapal cepat MV Citra Jet 02, Selasa, 20 September 2011.
Menurut Alex, bisnis jasa penyeberangan dengan menggunakan kapal cepat kini semakin jarang diminati para penumpang karena penumpang kapal di Pelabuhan Merak kebanyakan lebih memilih menggunakan kapal roll-on roll off (Ro-Ro). Dari kapasitas 153 penumpang, kata Alex, rata-rata penumpang yang diangkut hanya 30-40 orang.
Menurutnya, saat ini banyak para pengusaha kapal cepat terpaksa menghentikan usahanya karena merugi. “Agar kami tidak rugi, seharusnya penumpang yang kita angkut paling sedikit 60-70 penumpang. Jika tercapai, itu sudah cukup untuk biaya operasional 200 liter bahan bakar dan upah tujuh kru kapal,” ucap Alex.
Data PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry Cabang Utama Merak, saat ini ada tiga kapal cepat di Merak, yakni Citra Jet 02 milik PT Bahtera Mutiara Sejati, Pasca Dana milik PT Pascadana, serta Alle Exspress milik PT Timas SL. Dengan menggunakan kapal cepat, waktu tempuh dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni, Lampung, cuma satu jam atau lebih cepat 1,5 jam dibandingkan kapal Ro-Ro.
Sementara itu Ketua Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap) Merak Togar Napitupulu mengatakan para pengusaha kapal cepat saat ini banyak merugi dan sudah mulai gulung tikar. “Memang dulu kapal cepat sempat menjadi primadona karena penumpangnya selalu banyak. Tapi sekarang untuk mendapatkan 60 penumpang sekali jalan saja susah,” kata Togar.
Menurutnya, salah satu penyebab tidak diminatinya kapal cepat di antaranya karena tarif kapal cepat lebih mahal ketimbang kapal Ro-Ro. Jika kapal Ro-Ro Rp 11.000 per orang, kapal cepat tarifnya mencapai Rp 25.000 per orang. “Kebanyakan warga yang menyeberang di Merak itu bukan orang bisnis, tapi warga kelas menengah ke bawah,” katanya.
WASI’UL ULUM