Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kembang Api Bikinan BPPT Bisa Memanggil Hujan  

image-gnews
Flare
Flare
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Belasan tabung merah terpasang di kiri dan kanan sayap pesawat CASA NC 212-200 yang terbang di atas langit Riau. Begitu pesawat menembus awan kumulus, tabung berdiameter 5 sentimeter dan panjang 30 sentimeter itu terbakar mengeluarkan percikan bak kembang api serta meninggalkan kepulan asap di belakang pesawat.

Kegiatan menyemai awan tersebut merupakan bagian dari ritual memanggil hujan, yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Juni lalu. Asap yang keluar dari tabung menjadi faktor kunci dalam uap air dari udara.

BPPT telah mempelajari teknologi pemanggil hujan ini sejak 1999. Mereka menyebut teknologi ini sebagai penyemaian awan berbasis kembang api (flare).

"Flare merupakan teknologi tercanggih dalam mempercepat turunnya hujan," ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT Samsul Bahri kepada Tempo.

Keahlian Samsul Bahri dan timnya dalam memanggil hujan sangat dibutuhkan pada saat ini. Belum turunnya hujan di beberapa wilayah Indonesia menyebabkan terjadinya kekeringan. Pemantauan Kementerian Pekerjaan Umum menunjukkan tujuh waduk telah kering, sedangkan 20 waduk lain berstatus waspada. Bila kekeringan berlanjut, hujan buatan harus segera dilakukan.

Teknologi berbasis kembang api yang dikembangkan BPPT dapat mendatangkan hujan hanya dalam waktu beberapa menit. Sebelum mengembangkan teknik tersebut, BPPT membuat hujan menggunakan teknologi berbasis powder. Teknik ini dilakukan dengan menaburkan serbuk garam ke dalam awan kumulus. Serbuk garam bisa berupa urea, CaCl2, dan NaCl yang bersifat higroskopis alias mampu menarik uap air dari udara.

Dalam sekali penerbangan, BPPT mengangkut beberapa ton garam ke angkasa. Beratnya beban yang harus dimuat ke dalam pesawat ini menjadi nilai minus teknologi berbasis serbuk.

Dibanding teknik lama, teknologi berbasis kembang api bisa menghemat ruang dan beban pengangkutan. Tabung kembang api seberat 1 kilogram mempunyai kemampuan setara dengan 1 ton garam. Sekali terbang, pesawat bisa membawa 12 tabung atau setara dengan 12 ton garam.

"Sekali terbang tak harus membakar semuanya, biasanya tiga tabung, sesuai kebutuhan," kata Samsul.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Teknologi baru penyemai hujan buatan berbasis kembang api ini telah dipatenkan BPPT pada Agustus 2010. Dengan bantuan PT Pindad, mereka mulai memproduksi 50 tabung flare, yang disebut sebagai versi Nol Seri. Asap flare juga diujikan di Laboratorium Aerosol Badan Tenaga Nuklir Nasional untuk dianalisis sebaran dan ukuran partikelnya.

Sama seperti teknologi konvensional, tabung flare juga diisi bahan penarik uap air bersifat higroskopis. Sifat ini bisa ditemukan pada material garam dan inti es serta pada senyawa CaCl2, NaCl, dan perak iodida (AgI). Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional juga turut meneliti bahan higroskopis ini dengan memperkenalkan senyawa KClO4.

Bahan higroskopis dicampurkan dengan bahan kimia khusus yang mampu menciptakan reaksi eksotermal. Pembakaran ini menghasilkan berbagai produk, seperti panas, cahaya, gas, bunyi, dan asap. Memanfaatkan sifat asap yang ringan sehingga mudah menyebar, asap dianggap sebagai medium penghantar material higroskopis ke seluruh bagian awan paling efektif.

BPPT mendesain tabung kembang api secara khusus agar ikut terbakar. Bahan penyusun tabung dibuat bisa terbakar serentak bersama material higroskopis. Bentuk tabung juga dirancang untuk menyebarkan asap lebih merata.

Meski jauh lebih baik ketimbang teknik berbasis serbuk, teknologi penyemaian berbasis kembang api tetap membutuhkan awan sebagai lahan semai. Bahan higroskopis hanya bekerja sebagai pemercepat terbentuknya awan hujan. Awan medium pembibitan harus berasal dari awan kumulus aktif yang dicirikan dengan bentuknya yang seperti bunga kol.

Jika penyemaian berjalan sesuai dengan rencana, 5-10 menit setelah pembakaran kembang api terjadi pelepasan panas dari uap air. Akibat pelepasan panas ini, uap air mendingin hingga mencapai titik beku. Pada tahap ini, gumpalan awan mulai membentuk es dan awan membesar. Sepuluh menit kemudian, akumulasi air meningkat besar, sehingga awan menjadi semakin besar dan berat serta mulai melepaskan bulir hujan dalam curah lebih tinggi daripada kondisi awal.

Penyemaian awan berbasis kembang api awalnya banyak digunakan oleh perusahaan swasta di Riau dan Papua untuk membanjiri waduk atau lahan. Namun teknologi ini berpotensi dipakai untuk memadamkan kebakaran hutan di banyak wilayah di Indonesia.

ANTON WILLIAM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

19 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

Dubai terdampak badai yang langka terjadi di wilayahnya pada Selasa lalu, 16 April 2024.


Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

53 hari lalu

Petugas dari Manggala Agni Daops OKI dan Daops Lahat melakukan pemadaman kebakaran lahan gambut di Desa Jungkal, Kecamatan Pampangan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, Selasa, 7 November 2023. Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera menerjunkan 60 orang petugas Manggala Agni dari Daops OKI, Banyuasin, Lahan dan Muba untuk melakukan pemadaman kebakaran lahan gambut di wilayah tersebut yang terbakar sejak 30 Agustus 2023. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.


Banjir di Demak Berangsur Surut, Begini Peran Operasi Modifikasi Cuaca

19 Februari 2024

Tim memasukkan bahan semai Natrium Clorida (NaCl) ke pesawat Cessna Caravan untuk Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Lanud Ahmad Yani, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu, 17 Februari 2024. Operasi hujan buatan ini dilakukan sebagai bagian dari upaya penanganan banjir Demak. FOTO/DOK. BNPB
Banjir di Demak Berangsur Surut, Begini Peran Operasi Modifikasi Cuaca

Banjir di Demak telah terjadi hampir dua pekan, sempat merendam hingga 35 desa di delapan kecamatan.


Setelah Hampir 2 Minggu, 4 Faktor Ini Akhirnya Membuat Banjir Demak Berangsur Surut

18 Februari 2024

Petugas mengoperasikan Mobile Pump (pompa air bergerak) BNPB di Desa Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Sabtu 17 Februari 2024. BNPB bersama Kementerian PUPR, dan BPBD Provinsi Jawa Tengah mengoperasikan 27 pompa air bergerak guna mempercepat penanganan banjir di sejumlah titik wilayah yang masih terendam banjir di Kabupaten Demak. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Setelah Hampir 2 Minggu, 4 Faktor Ini Akhirnya Membuat Banjir Demak Berangsur Surut

Hampir genap dua minggu ini banjir membekap wilayah Demak, Jawa Tengah.


Prediksi Cuaca Sebut Potensi Hujan Guyur Jabodetabek 3 Hari ke Depan

10 Januari 2024

Seorang anak memasuki rumahnya yang terendam banjir di kawasan Cilandak, Jakarta, Minggu 7 Januari 2024. Banjir yang menggenangi permukiman warga tersebut disebabkan oleh tingginya curah hujan sejak Kamis 4 Januari 2024. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Prediksi Cuaca Sebut Potensi Hujan Guyur Jabodetabek 3 Hari ke Depan

Prediksi hujan dari rapat rutin BMKG dan BNPB itu yang antara lain digunakan untuk mendukung operasi modifikasi cuaca di Jakarta 10 hari terakhir.


Hari Ini Terakhir Operasi Modifikasi Cuaca Jakarta, BNPB: Bisa Diperpanjang

10 Januari 2024

Giat operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) oleh BNPB bersama lintas kementerian/lembaga di Pangkalan Udara Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Sabtu, 6 Januari 2024.Tim Kedeputian Bidang Penanganan Darurat BNPB
Hari Ini Terakhir Operasi Modifikasi Cuaca Jakarta, BNPB: Bisa Diperpanjang

BNPB telah menggelar operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya selama lebih dari seminggu.


Tangani Karhutla di Kalimantan Tengah dan Jambi, BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca

7 Oktober 2023

Petugas memindahkan karung yang berisi garam ke dalam pesawat Cassa C-212 milik Skadron IV Lanud Abdulrachman Saleh di Pangkalan Udara Sri Mulyono Herlambang (Lanud SMH) Palembang, Sumatera Selatan, Jumat 10 Juni 2022. Selama operasi TMC di Sumatera Selatan yaitu sejak 27 Mei 2022, sebanyak 12,8 ton garam telah disemai di udara sehingga berhasil membuat hujan dan menaikkan tinggi muka air tanah di kanal-kanal produksi milik perusahaan perkebunan. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Tangani Karhutla di Kalimantan Tengah dan Jambi, BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca

Kalimantan Tengah dan Jambi menjaid wilayah yang cukup parah terdampak karhutla.


Rakyat Gembira dan Syukur karena Hujan Turun di Kalteng, Hasil Teknologi Modifikasi Cuaca

6 Oktober 2023

Penerbangan saat operasi modifikasi cuaca menurunkan hujan untuk mencegah kebakaran hutan di wilayah Riau, Minggu 25 Mei 2020, atau hari kedua Lebaran. (BBTMC)
Rakyat Gembira dan Syukur karena Hujan Turun di Kalteng, Hasil Teknologi Modifikasi Cuaca

Hujan deras yang mengguyur Kotawaringin Timur adalah hasil kegiatan teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan.


Cuaca Panas Berlanjut Sepanjang Oktober, BPBD DKI Bersurat Minta Hujan Buatan

4 Oktober 2023

Pilot, copilot dan kru pesawat berdoa sebelum melakukan penerbangan peluncuran Teknologi Modifikasi Cuaca (hujan buatan) dengan membawa bahan semai sebanyak 2,8 ton menggunakan pesawat CN-A 2901 TNI AU, di Bandar Udara Militer Halim Perdanakusuma, Jakarta, 25 Agustus 2015. Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk penanggulangan kekeringan yang berlangsung selama 90 hari di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. TEMPO/Imam Sukamto
Cuaca Panas Berlanjut Sepanjang Oktober, BPBD DKI Bersurat Minta Hujan Buatan

BPBD DKI mengirim surat ke BNPB agar dilakukan program hujan buatan dengan teknologi modifikasi cuaca


Hujan Buatan untuk Atasi Kekeringan, BPBD DKI Sebut Perlu Kerja Sama dengan 4 Instansi

3 Oktober 2023

Langit terlihat cerah hingga tampak biru dengan gugusan awan yang menyertainya di kawasan Jalan Jend Sudirman, Jakarta, Kamis 14 September 2023. Upaya modifikasi cuaca itu dilaksanakan oleh BNPB bersama BRIN, BMKG, TNI dan pihak terkait lainnya di wilayah Jakarta. TEMPO/Subekti.
Hujan Buatan untuk Atasi Kekeringan, BPBD DKI Sebut Perlu Kerja Sama dengan 4 Instansi

BPBD DKI harus bekerja sama dengan empat instansi untuk melakukan modifikasi cuaca berupa hujan buatan. Upaya atasi kekeringan akibat kemarau panjang.