TEMPO Interaktif, Jakarta - Penyidikan kasus peledakan bom di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) di Kepunton, Solo, Jawa Tengah, saat ini diarahkan untuk mencari pelaku-pelaku lain yang membantu aksi bom bunuh diri tersebut. Namun polisi belum mengungkapkan siapa saja pelaku yang tengah diburu. "Masih kami selidiki," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam dalam keterangan pers di kantornya, Selasa, 27 September 2011.
Polisi juga menduga bom yang diledakkan di Solo itu merupakan sisa-sisa rangkaian bom yang diledakkan di Masjid Adz-Dzikra, Kompleks Kepolisian Resor Cirebon, pada April lalu, yang sempat dilarikan para buron. "Karena saat dulu terungkap masih ada sembilan bom yang belum ditemukan," ujar Anton.
Achmad Yosepa Hayat, pelaku bom bunuh diri di Gereja Bethel di Solo, juga merupakan salah seorang buron polisi karena diduga terlibat dalam jaringan pengebom Masjid Mapolresta di Cirebon itu.
Hari ini kepolisian akhirnya memastikan Pino Damayanto alias Ahmad Urip, alias Achmad Yosepa Hayat, alias Hayat alias Raharjo, sebagai pelaku peledakan bom di Gereja Bethel Solo yang terjadi Minggu, 25 September 2011, lalu. "Hasil tes DNA positif," kata Anton. "Kami sudah dapatkan tes DNA dari keluarga pelaku, istri, dan anaknya."
Keterangan Anton dikuatkan oleh Kepala Pusdokkes Mabes Polri Brigadir Jenderal Musaddeq Ishaq. Menurut Musaddeq, tes DNA dilakukan selama 20 jam selama Senin, 26 September 2011. Tes dilakukan dari pukul 11.00 sampai 19.15 WIB.
"Setelah kami bandingkan profil DNA, data pembanding, dan jenazah, seluruh kesimpulan yang kami uraikan, data primer maupun sekunder, tidak terbantahkan bahwa jenazah pelaku bom bunuh diri di GBIS Kepunton Solo adalah Pino Damayanto," kata Musaddeq Ishaq.
Pino Damayanto adalah nama asli Ahmad Yosepa. Pino dilahirkan di Losari, Cirebon, 19 Oktober 1980, dan beralamat di Jalan Pandesan, Kota Cirebon, Jawa Barat.
Aksi bom bunuh diri di Solo Ahad lalu sempat dibarengi dengan aksi teror di sejumlah tempat di Ambon, Maluku. Teror secara beruntun sejak hari Minggu hingga Senin malam itu terjadi di Jalan Karang Panjang, Terminal Mahardika, Gereja Maranatha, dan gereja di Jalan Karang Panjang. Hal itu diakui oleh Anton Bachrul Alam. Namun Anton mengaku belum mengetahui apakah kedua peristiwa teror tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain.
RIKY FERDIANTO