TEMPO Interaktif, Magetan - Kepolisian Resor Magetan menyebar foto tersangka teroris yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Jumat, 30 September 2011. “Penyebaran foto DPO teroris ini sebagai langkah pencegahan,” ujar Kepala Kepolisian Resor Magetan Ajun Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono. “Secara berkala, kami juga melakukan razia di wilayah perbatasan dan mengamankan gereja-gereja.”
Magetan berbatasan langsung dengan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Secara berkala, kepolisian setempat melakukan razia terhadap kendaraan yang melintas, baik dari arah Solo atau Karanganyar maupun dari arah Magetan.
Menanggapi informasi Komunitas Intelijen Daerah (Kominda) Jawa Timur yang menyebut jaringan teroris lari ke tiga wilayah di Jawa Timur, termasuk Magetan, Awi membantahnya. “Tidak ada informasi seperti itu. Kami hanya melakukan pengamanan secara umum. Kalau soal teroris, itu urusannya Densus,” ujarnya.
Ketua Kominda Jawa Timur sempat menyebut jaringan teroris bom Solo dan Cirebon diduga lari ke tiga wilayah di Jawa Timur, yakni Kabupaten Magetan, Madiun, dan Jombang.
Di Magetan terdapat beberapa kelompok atau pondok pesantren yang dinilai radikal. “Kami tetap melakukan pemantauan selama ada bukti awal, tapi sampai sekarang tidak ada yang mencurigakan,” ujar Awi.
Di Kabupaten Ngawi, intelijen Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan kepolisian tengah memantau beberapa wilayah perbatasan yang diduga jadi lokasi persembunyian jaringan teroris yang lari ke perbatasan Jawa Timur. “Secara berkala, petugas kepolisian juga melakukan razia di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, tepatnya di Jalan Raya Ngawi-Solo di Kecamatan Mantingan, Ngawi,” kata Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Kepolisian Resor Ngawi Ajun Komisaris Polisi I Wayan Murtika.
Warga di Desa/Kecamatan Beringin, Kabupaten Ngawi, sempat mencurigai beberapa pendatang yang mengaku berasal dari Jawa Tengah. Bahkan seorang pemuda yang mengaku berasal dari Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, sempat diinterogasi kepolisian sektor setempat, namun akhirnya dilepaskan karena tidak cukup bukti.
Di Kabupaten Madiun, intelijen TNI juga semakin meningkatkan kewaspadaan pasca aksi bom bunuh diri di Solo. “Pasca bom di Solo, intelijen semakin fokus agar tidak kecolongan,” ujar Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) 0803 Madiun Letnan Kolonel (Inf) I Wayan Sandy Susila.
Menanggapi informasi larinya jaringan teroris ke Madiun dan sekitarnya, Sandy tak menampiknya. “Semua kemungkinan bisa terjadi, makanya seluruh jajaran TNI di Madiun meningkatkan kewaspadaan,” ujarnya.
ISHOMUDDIN