TEMPO Interaktif, Jakarta - Peneliti Lingkaran Survei Indonesia, Ardian Sopa, mengatakan bahwa menurunnya tingkat pada kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, selain karena buruknya kinerja di lima bidang--ekonomi, sosial, hukum, politik, dan luar negeri--juga karena menurunnya dukungan terhadap Demokrat dan Wakil Presiden Boediono.
"Penyokong utama SBY juga merosot di mata publik sehingga mereka tak bisa memberikan dukungan kuat kepada SBY," ujarnya dalam pengungkapan hasil survei Dua Tahun Presiden SBY, di kantor LSI, Ahad, 16 Oktober 2011.
Ia mengatakan bahwa dalam dua tahun terakhir, dukungan masyarakat kepada Demokrat turun sebesar 16 persen. "Demokrat pernah menikmati dukungan publik sebesar 32,6 persen. Kini, tingkat dukungan itu tinggal 16,2 persen," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa merosotnya dukungan publik disebabkan terkuaknya kasus korupsi mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, M. Nazaruddin. Dalam kasus ini, beberapa petinggi Demokrat, seperti Ketua Umum Anas Urbaningrum, Wakil Sekretaris Jenderal Angelina Sondakh, dan Wakil Bendahara Umum Mirwan Amir, diduga turut terlibat. "Publik masih melihat para petinggi Partai Demokrat terlibat kasus ini," jelasnya.
Selain karena kasus ini, ia mengatakan masyarakat juga tampak tak puas dengan kinerja Wakil Presiden Boediono. Menurutnya, masyarakat sebenarnya berharap besar kepada Boediono. Boediono, menurutnya, diharapkan dapat berperan seperti wakil presiden sebelumnya, Jusuf Kalla. "Boediono tidak menjadi 'gas' bagi SBY, seperti Wapres Jusuf Kalla di periode sebelumnya," ujarnya. Masyarakat, lanjutnya, justru melihat Boediono berperan sama seperti SBY, sebagai 'rem'.
Tingkat kepuasan publik kepada Boediono selama dua tahun merosot sebesar 14 persen. "Pada Januari 2010, kepuasan publik atas Boediono di angka 53 persen. Sekarang kepuasan itu merosot ke angka 39 persen," jelasnya.
Selain itu, angka kepuasan publik terhadap kabinet SBY juga merosot sebesar 21 persen, dari 52,3 persen pada Januari 2010 menjadi 31,6 persen pada bulan ini. "Kabinet kini justru menjadi beban SBY," ujarnya. Berbagai kasus, seperti korupsi, perselingkuhan menteri, masalah kesehatan, hingga tudingan diskriminasi agama, menjadi nilai negatif di mata masyarakat.
FEBRIYAN