TEMPO Interaktif, Beijing - Panda raksasa ternyata memiliki bakteri khusus yang membantu mereka mencerna batang bambu. Temuan hasil studi ini menjawab apa yang selama ini menjadi pertanyaan besar bagi para ilmuwan: bagaimana panda bisa bertahan hidup dengan mengkonsumsi bambu yang sulit dicerna?
Meski panda raksasa masih merupakan kerabat dekat beruang yang karnivora, makanan pokok mamalia yang dapat tumbuh hingga berbobot 160 kilogram itu adalah tumbuhan, terutama bambu.
Seperti tumbuhan lain, bambu memiliki sel-sel yang dihubungkan satu sama lain oleh molekul yang disebut selulosa. Sebagian besar mamalia tidak mampu mengurai selulosa. Itulah sebabnya, manusia tak bisa melahap batang pohon.
“Jika terdegradasi total, selulosa dapat menyumbang hampir separuh kalori dalam bambu,” kata Fuwen Wei, peneliti studi dari Chinese Academy of Sciences. “Namun, karena selulosa sangat sulit dicerna, persentase kalori selulosa bambu yang tersedia bagi panda raksasa sangat rendah.”
Mengapa panda makan bambu bila mereka tak dapat memperoleh banyak kalori dari makanan tersebut? Studi itu memperlihatkan bahwa terdapat bakteri pemecah selulosa yang bermukim di saluran pencernaan panda. “Besar kemungkinan bakteri itu memainkan peran penting dalam mengurai selulosa yang dimakan panda,” kata Wei.
Sejumlah binatang pemakan tumbuhan, seperti sapi dan domba, telah mengembangkan empat perut dan bakteri khusus yang membantu mengurai selulosa tumbuhan. Sebagai perbandingan, manusia dan mamalia lain mempunyai sistem pencernaan sederhana yang tak dapat melepas kalori dari selulosa.
Untuk melihat bagaimana panda memperoleh kalori dari selulosa, peneliti menganalisis bakteri yang ditemukan dalam sampel kotoran panda liar maupun dari penangkaran. Mereka menemukan 85 spesies bakteri, 14 di antaranya belum dideskripsikan.
Mereka menemukan bahwa mayoritas gen pemecah selulosa ditemukan pada bakteri Clostridium. “Bakteri itu mengurai selulosa dan menggunakannya sebagian untuk menghasilkan energi, dan meninggalkan sisanya untuk panda,” kata Wei.
LIVESCIENCE | TJANDRA