TEMPO Interaktif, Lampung Selatan - Aparat Kepolisian Resor Lampung Selatan, Senin, 24 Oktober 2011 menangkap dua warga Malaysia karena membawa sabu-sabu seberat enam kilogram. Penangkapan berlangsung sekitar pukul 03.00 WIB. Polisi menyelidiki kata sandi mereka, yaitu Monyet Indonesia untuk menyebut pasar Jakarta.
Kepala Polres Lampung Selatan Ajun Komisaris Besar Polisi Bahagia Dachi menjelaskan, dua orang tersebut adalah Mukhlys bin M. Yusof dan Amir Smyar bin Rahim. Masing-masing berumur 20 tahun, warga Jalan Murni II Nomor 05 Taman Mas Merah, Batu Barendam, Malaysia dan warga Kampung Nyalas, Asahan Malaka. "Keduanya merupakan anggota jaringan narkoba," kata Bahagia Dachi.
Mereka dibekuk di pintu gerbang Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Keduanya masuk ke Indonesia menggunakan kapal cepat melalui Pekanbaru, Riau, pada Jumat lalu. Dari Pekanbaru perjalanan dilanjutkan ke Lampung dengan menumpang bus. Diduga seorang bandar di Pekanbaru bernama Joe yang mengatur perjalanan keduanya.
Setelah di Bandar Lampung, Joe pulalah yang memerintahkan Mukhlys dan Amir membawa sabu-sabu ke Jakarta. Keduanya menumpang mobil travel untuk menyeberang ke Jakarta melalui Pelabuhan Bakauheni.
Dachi juga mengungkapkan pelaku selalu menggunakan kata-kata sandi saat berkomunikasi dengan anggota jaringannya. Seperti yang tertera pada pesan pendek di telepon seluler keduanya. Seperti kata sandi Monyet Indonesia untuk menyebut penghubung mereka di Jakarta, "Kami kesulitan menembus jaringan mereka. Peralatan sangat terbatas," ujar Dachi.
Sehari sebelumnya, Satuan Narkoba Polres Lampung Selatan juga menggagalkan pengiriman 1,56 ton ganja senilai Rp 6 miliar lebih. Ganja dibawa Andriyansah, 23 tahun, dan Yahya Ilyas, 39 tahun, warga Muara Batu, Lhokseumawe, Nangroe Aceh Darussalam. Ganja diangkut menggunakan truk. Andriyansah dan Yahya juga dicokok aparat di Pintu Gerbang Pelabuhan Bakauheni.
Pekan lalu di tempat yang sama juga digagalkan pengiriman 45 kilogram sabu-sabu.
Menurut Dachi, maraknya pengiriman narkoba melalui Pelabuhan Bakauheni diduga karena sindikat narkoba mengetahui rusaknya alat pendeteksi narkoba milik polisi di pelabuhan tersebut. ”Setiap hari anggota kami harus bekerja keras memeriksa dan menggeledah ribuan kendaraan yang hendak melintasi Selat Sunda tanpa bantuan peralatan apa pun," paparnya.
NUROCHMAN ARRAZIE