TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah yakin produksi biji kakao tahun depan meningkat karena suksesnya program Gerakan Revitalisasi Kakao Nasional atau biasa disebut Gernas Kakao. Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Gamal Nasir, mengatakan, program yang dimulai sejak 2009 ditargetkan bisa menggunakan perkebunan kakao hingga 420 ribu hektare di 25 provinsi.
“Tahun depan produksi biji kakao diyakini bisa mencapai 900 ribu ton,” kata Gamal ketika dihubungi kemarin. Saat ini produksi biji kakao sekitar 800 kilogram per hektare dan dengan program Gernas Kakao ini ditargetkan produktivitas meningkat hingga 1.000-1.500 kilogram per hektare.
Pernyataan ini menanggapi data Badan Pusat Statistik yang menunjukkan ekspor biji kakao selama Januari-Agustus anjlok 50,1 persen akibat penyerapan industri dalam negeri. Berbeda dengan ekspor biji kakao, ekspor kakao olahan justru melejit 86,4 persen.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Deddy Saleh mengindikasikan kenaikan ekspor kakao olahan ini membuktikan bahwa pengembangan hilir produk berhasil. Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia Peter Jasman mengakui produksi biji kakao Indonesia terus turun karena buruknya cuaca (Koran Tempo, 3 November 2011).
Lebih jauh Gamal menyebutkan penyebab turunnya produksi biji kakao karena peningkatan konsumsi industri kakao dalam negeri. Selain itu, cuaca awal tahun yang cenderung hujan membuat buah kakao rontok atau gugur sebelum dipanen.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Petani Kakao Indonesia, M. Hasyim, menyatakan sentra kakao seperti Pulau Sulawesi seperti Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat yang memasok 70 persen produksi kakao nasional cukup terganggu akibat cuaca buruk. Produksi kakao di Sulawesi yang tercatat anjlok membuat produksi kakao nasional hanya bisa bergantung dari Pulau Jawa dan Kalimantan.
ROSALINA