TEMPO Interaktif, Jakarta - Ekonom Universitas Gadjah Mada, Anggito Abimanyu, mengatakan dampak perlambatan ekonomi dunia mulai dirasakan negara berkembang. Hal itu terlihat dari fluktuasi nilai tukar dan penurunan indeks.
"Dalam forum G 20 kemarin dikatakan ekonomi global memburuk karena sovereign risk atau fiskal," kata dia dalam diskusi di kantor Kementerian Perekonomian di Jakarta, Rabu 9 November 2011.
Mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan ini melihat kinerja pasar modal negara berkembang tengah naik-turun atau fluktuatif. Namun intensitasnya masih lebih rendah dibanding pasar modal negara maju. "Sebabnya, imbal hasil di negara berkembang saat ini lebih baik dari negara maju, sehingga terjadi capital inflow," ujarnya.
Namun negara berkembang terutama Indonesia harus memperhatikan penurunan harga komoditas primer serta inflasi.
Misalnya kenaikan harga beras yang lebih tinggi dibandingkan harga internasional yang terjadi saat ini. Akibatnya beban negara akan bertambah. "Ini yang membuat pertumbuhan ekonomi di hampir seluruh negara turun rata-rata 1 persen," ujar dia.
ALWAN RIDHA RAMDANI