TEMPO Interaktif, Jakarta:- Sebanyak 15 danau di Indonesia saat ini masuk dalam prioritas dalam proses penyelamatan lingkungan oleh Kementrian Lingkungan Hidup.
Deputi Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup, Arief Yuwono menuturkan 15 danau yang jadi prioritas. Sebanyak 15 danau itu diantaranya meliputi Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Maninjau (Sumatera Barat), Danau Singkarak (Sumatera Barat), Danau Kerinci (Jambi), Rawa Danau (Banten), Danau Rawapening (Jawa Tengah), Danau Batur (Bali), Danau Tempe (Sulawesi Selatan), Danau Matano (Sulawesi Selatan), Danau Poso (Sulawesi Tengah), Danau Tondano (Sulawesi Utara), Danau Limboto (Gorontalo), Danau Sentarum (Kalimantan Barat), Danau Semayang, Melintang, dan Jempang (Kalimantan Timur), dan Danau Sentani (Papua).
“Targetnya sampai 2014 program penyelematan lingkungan untuk 15 danau itu selesai,” kata Arief kepada Tempo usai menghadiri The 10th Asia Pasific Roundtable for Sustainable Consumption and Production (APRSCP) di Hotel Sheraton Yogyakarta Rabu 9 November. Turut hadir dalam acara itu Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya dan Gubernur DIY Sultan HB X.
Dikatakan Arief, untuk pilot project penyelamatan pihak kementrian pada 2010-2011 ini telah mengambil satu sampel yakni Rawa Pening di Kabupaten Semarang Jawa Tengah. “Di Rawa Pening sejumlah program penyelematan sudah dilakukan pemerintah daerah, namun justru kondisinya semakin parah. Ini yang masih kami cari tahu sebabnya,” kata dia.
Kerusakan di Rawa Pening, akibat suburnya tanaman enceng gondok yang menutupi hampir 70 persen danau dengan luas sekitar 2.670 hektar itu.
Contoh lain, di Danau Limboto, dari kajian kementrian lingkungan hidup, disebutkan danau itu sudah mengalami kerusakan berupa pendangkalan secara tajam. Tercatat pada 1932 luasnya sekitar 7 ribu hektar dengan kedalaman 14 meter tapi kini tersisa 3 ribu hektar dengan kedalaman sekitar 3-4 meter saja. “Sebentar lagi Limboto bisa jadi lapangan sepakbola itu kalau terus dibiarkan,” kata dia.
Sementara di Danau Toba, Arief menyebut kerusakan lebih pada kegiatan masyarakat yang terjadi didaerah hulu yang akhirnya mengubah fungsi peruntukan seperti pemukiman dan aktivitas petanian sehingga mengganggu kondisi tanah. “Kalau ada hujan akan langsung meluncur saja, dn membahayakan masyarakat,” kata dia.
Proses penyelamatan ini dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi danau. “Juga untuk mengantisipasi dan adaptasi perubahan iklim saat ini dan masa datang,” kata dia. Setelah 15 danau itu, maka ada 840 danau lain yang akan menjadi fokus penyelamatan.
Sementara itu, dalam pembukaan konferensi lingkungan bertema Leading to Green Bussines From Local Initiative to Global Winner yang akan melibatkan 125 narasumber dan dihadiri sekitar 300 peserta dari 28 negara itu, Kambuaya menuturkan untuk perlindungan lingkungan hidup perlu adanya perbaikan kualitas kehidupan melalui penerapan konsumsi dan produksi secara berkelanjutan.
PRIBADI WICAKSONO.