TEMPO Interaktif, Kyoto - “Banyak jalan mencari jodoh”. Kalimat ini agaknya tepat bagi warga Jepang. Di Negeri Matahari Terbit itu, ternyata warganya kerepotan mencari jodoh. Sampai-sampai, pemerintahannya ikut cawe-cawe agar anak muda yang sudah menginjak usai perkawinan diminta menikah dan punya anak.
Pemerintah Jepang, seperti ditulis Reuters, bahkan mengkampanyekan usia pernikahan yang sehat bisa membentuk keluarga sehat. Termasuk melansir data, ada 3.800 biro jodoh yang siap membantu mereka mencarikan pasangan hidup yang tepat. Dan, setidaknya seribu orang telah terdaftar dalam program tersebut.
Banyak orang menjadi mak comblang. Tak hanya orang tua, bahkan juga jalur kuil. Sebuah kuil di Kyoto, Kiyomizu, dikenal sebagai tempat wisata mencari pasangan hidup. Di kuil yang terletak di ketinggian 300 meter perbukitan sebelah timur Kyoto itu, pria lajang dan gadis Jepang banyak yang mencari jodoh mereka di sini. Bahkan secara berkala, mereka mengadakan acara temu jodoh.
Kiyomizu berasal dari nama mata air suci yang mengalir di sekitar kuil itu. Untuk mencapai kuil itu, pengunjung harus berjalan kaki sekitar 300 meter dari areal parkir. Para pengunjung yang akan masuk dipungut tiket 300 Yen (Rp 25.000) untuk orang dewasa dan untuk anak kecil membeli tiket seharga 200 Yen (Rp 18.000).
Di sisi kiri dan kanan menuju kuil yang sempat masuk dalam nominasi tujuh keajaiban dunia itu dipenuhi toko-toko penjual souvenir dan makanan kecil. Setiap kaki melangkah, teriakan suara pemilik toko maupun karyawan toko terdengar untuk menarik perhatian wisatawan.
Agar lebih mudah, lebih baik acara berbelanja dilakukan setelah mengunjungi Kiyomizu. Jika berkeliling membawa tas belanjaan ke dalam kompleks kuil cukup merepotkan. Apalagi kompleks itu berkontur perbukitan sehingga saat berkeliling akan diwarnai dengan jalan menaiki dan menuruni anak tangga. Jadi, acara berbelanja diatur setelah berkeliling Kiyomizu.
Perjalanan menuju ke kuil hanya bisa dilakukan dengan mendaki tangga. Meski begitu, mendaki tangga di kawasan seluas 900 meter persegi itu tidak melelahkan.
Menjelang pintu masuk, terlihat gapura dalam bentuk pagoda besar. Pengunjung harus lebih dulu membasuh tangan dan kaki, serta cuci muka di pancuran air di dekat pintu masuk. Beberapa langkah dari pintu masuk, pengunjung diberi kesempatan untuk meminta berkah kepada Dewa Uang.
Selanjutnya, pengunjung diwajibkan mengikuti prosesi doa. Bagi yang mencari jodoh, dilanjutkan dengan doa kepada Dewa Cinta atau Okuninshino Mikoto di ruang Jishu-jinja. Di ruangan itu, pengunjung dengan mata tertutup akan diminta berjalan menuju sebuah tonggak batu berjarak 15 meter. Bila bisa menyentuh batu itu, berarti akan mendapat jodoh. Jika tidak, berarti susah jodoh.
Di bangunan utama kuil itu, terdapat patung Dewi Kwan Im. Patung dewi itu tidak setiap saat dikeluarkan. Patung itu hanya dikeluarkan setiap 33 tahun. Terakhir dikeluarkan pada tahun 2003.
Bangunan utama kuil itu sendiri amat menarik. Didirikan tahun 1633, bangunan uama berupa rumah kayu panggung ini dibangun tanpa menggunakan paku sama sekali. Rumah panggung itu mempunyai ukuran 30 meter x 36 meter. Jika dilihat dari bagian bawah kompleks kuil ketinggian rumah panggung itu mencapai 50 meter. Jika musim semi tiba, sangat cantik dengan rerimbunan pohon ceri dan maple.
Seperti tradisi banyak kuil Jepang lain, pada waktu tertentu diadakan pertemuan untuk mencari jodoh. Setelah berdoa, pengunjung dibawa ke ruangan tempat berkumpul pengunjung lain dengan niat serupa. Terbukalah peluang mencari kenalan dan berbagi nomor telepon untuk hubungan lebih lanjut.
WDA | WAHYUANA | TRAVELOUNGE