TEMPO Interaktif, - Joglo berwarna cokelat berukuran 10x9 meter lengkap dengan dinding kayu jati beratap genting magrong-magrong di atas lahan seluas sekitar 6.000 meter persegi. Bangunan khas Solo itu bukan berada di Surakarta, Jawa Tengah, melainkan di Jalan Pajajaran Indah, Bogor, Jawa Barat.
Gerbang warna hijau seakan menyambut tamu. Saat masuk lapangan parkir berlantai semen, suasana mulai terasa berbeda. Pohon buah nan rindang di taman luas dengan rumput hijau terawat membuat udara terasa sejuk.
Nuansa Jawa bertambah kental lantaran sebuah becak berwarna biru yang ngejogrok di sudut kanan joglo dengan ditemani satu sepeda motor jadul di kiri yang dijaga dua patung dewa. Itulah Resto Solo, Gallery & Rumah Komik.
Rumah makan milik Rio Sarwono ini tambah tampak istimewa. Di dinding luar bangunan, sejumlah lukisan terpajang dengan rapi. Tiga meja makan dengan kursi dari kayu tua yang kental ciri etniknya membuat rumah makan ini seperti sebuah hunian biasa.
Di bagian muka bangunan terdapat paviliun yang dilengkapi empat kursi serta satu meja makan. "Ini untuk konsumen yang ingin menyantap hidangan sambil menikmati suasana kebun," ujar Manajer Resto Solo, Ujang Hidayat.
Aroma makanan berbaur dengan wangi kayu saat mendekati sebuah meja kayu besar yang diletakkan di ruang tengah yang berdekatan dengan ruang masak. Di atas meja dipenuhi beraneka jenis makanan khas Jawa, seperti garang asem, yaitu ayam kukus yang dibungkus daun pisang; botok, yang berisi parutan kelapa muda dan ikan teri; serta serundeng--parutan kelapa kering yang dibumbui dan digoreng.
Di bagian belakang meja tertata rapi tumpukan panci dan piring besar berisi bahan makanan, seperti selat solo, nasi liwet, gudeg, nasi tumpeng, timlo, atau minuman cincau solo, es degan atau kelapa muda dengan gula merah, juga penganan penutup berupa ketan juruh--ketan yang dibumbui gula jawa dan bubuk kedelai serta jamu beras kencur.
Jadi, tamu bisa langsung menunjuk makanan yang diinginkan tanpa harus menunggu. "Kebanyakan makanan di sini siap saji. Tapi dijamin rasanya tetap segar," kata Ujang.
Di dalam rumah joglo, selain bisa menikmati menu khas Resto Solo yang harganya relatif terjangkau--paling mahal nasi gudeg dan liwet, Rp 25 ribu--tetamu dapat memanjakan mata dengan sejumlah lukisan serta barang-barang antik. Bahkan, bagi yang ingin bersantai menikmati suasana Jawa, dapat membuka lemari buku yang berisi koleksi komik.
Untuk membacanya, bisa dilakukan di kursi kayu yang berada di antara meja makan atau membawanya ke gazebo di taman. "Kami coba menciptakan suasana rumah di restoran ini. Kami jual makanan dengan suasana rumah. Supaya tamu, terutama mereka wong Solo yang sedang merantau, seolah sedang pulang kampung," ujar Ujang.
Konsep bangunan joglo satu-satunya di Bogor itu, menurut Ujang, untuk menunjukkan kecintaan sang pemilik serta mengupayakan pelestarian seni dan budaya Jawa, khususnya Solo. "Makanya banyak tamu yang datang dari luar Bogor, ya, orang dari Solo," katanya.
Rahmat Barnas, karyawan perusahaan asuransi di Tajur, Bogor, termasuk pelanggan tetap. Dia mengaku ketagihan dan sering datang ke Resto Solo ini. Paling tidak, satu kali dalam seminggu dia wajib mencicipi. "Suasananya rumah banget. Makanannya juga enak, harga friendly," ujarnya.
ARIHTA U SURBAKTI (Bogor)