TEMPO.Co, Helsinki - Produsen perangkat telekomunikasi Nokia Siemens Network berencana memangkas 17 ribu karyawan mereka di seluruh dunia dalam waktu dekat. Bisnis mereka rupanya di ambang kehancuran lantaran kalah bersaing dengan vendor telekomunikasi lain.
Dalam pernyataan tertulisnya Nokia Siemens mengatakan 23 persen dari 74 ribu karyawan terpaksa dirumahkan demi menghemat belanja hingga 1 miliar euro atau US$ 1,35 miliar. Perusahaan patungan Nokia Finlandia dan Siemens Jerman ini mengalami kerugian setelah bersaing dengan dua pemain kuat, Huawei dan Ericsson.
Dikabarkan para komisaris bakal memecah perusahaan menjadi dua. "Ini adalah langkah besar. Saya yakin tujuan pemecahan ini adalah mengumpulkan modal lewat penawaran umum saham perdana." kata analis Swedbank, Jari Honko.
CEO Nokia Siemens Rajeev Suri menggambarkan rasionalisasi karyawan ini sebagai "sebuah tindakan yang disesalkan tapi perlu". "Kami melihat prospek masa depan untuk mendongkrak kas perusahaan perlu diambil sebuah tindakan cepat," ujarnya.
Sami Sarkamies, analis Nordea Bank, mengatakan efek positif pemangkasan karyawan ini langsung berpengaruh pada harga saham dan nilai perusahaan. Menurut dia, penghematan 1 miliar euro bisa diterjemahkan sebagai peningkatan laba 10 sen per lembar saham. "Para trader menggunakan patokan ini untuk menilai perusahaan," katanya.
Terbukti setelah rencana ini diumumkan saham Nokia Siemens naik lebih dari 2 persen menjadi 4,27 euro.
Dalam pernyataan terakhirnya Nokia Siemens menyebut nilai penjualan naik 16 persen dibanding tahun lalu menjadi 3,4 miliar euro. Namun tak disebutkan berapa laba atau rugi yang mereka peroleh. Yang jelas, September lalu secara terpisah Nokia dan Siemens mengumumkan adanya kebutuhan dana tambahan 500 juta euro untuk memperkuat keuangan perusahaan patungan mereka.
Pemangkasan karyawan di industri telekomunikasi bukan kali ini saja terjadi. Perusahaan Prancis, Alcatel Lucent, mengurangi 12.500 pekerja pada 2007. Sementara Ericsson memotong 6.500 karyawan pada 2009 dan 2010. Yang lebih parah, raksasa jaringan telepon Kanada, Nortel, kini tengah berjuang mengajukan perlindungan kebangkrutan di pengadilan.
FERY FIRMANSYAH | BBC