TEMPO Interaktif, Jakarta- Stabilitas pasokan gas untuk pembangkit listrik tenaga gas di Muara Karang, Tanjung Priok, Jakarta, akan segera terjawab dalam waktu dekat. PT Nusantara Regas, anak perusahaan Pertamina dan Perusahaan Gas Negara, sedang membangun terminal gas terapung (Floating Storage and Regasification Unit) yang akan parkir di 12 km lepas pantai Jakarta.
“Kami akan menggunakan tanker LNG sebagai terminal gas terapung,” kata Hendra Jaya, Presiden Direktur Nusantara Regas, kepada Tempo, pekan lalu. Sebuah pipa akan menghubungkan terminal gas itu dengan pembangkit listrik Muara Karang, untuk menjamin stabilitas pasokan gas di sana. “Selama ini, pasokan gas untuk Muara Karang mengandalkan pengiriman dari Bontang, Kalimantan via laut, yang amat tergantung perubahan cuaca,” kata Hendra lagi.
Tidak stabilnya pasokan gas untuk PLTGU Muara Karang membuat PLN seringkali terpaksa menggunakan bahan bakar minyak yang harganya lebih mahal. Langkah itu dilakukan untuk menjamin ketersediaan listrik dari Muara Karang, yang menjadi tumpuan banyak fasilitas publik di Ibukota.
Terminal gas terapung milik Nusantara Regas ini diharapkan akan menjadi model pasokan gas untuk pembangkit listrik di Jawa. “Model terminal terapung ini lebih murah ketimbang membangun pipa dari tambang-tambang gas kita di Sumatera, Kalimantan ke sentra industri di Jawa,” kata Hendra. Kapasitas produksi satu terminal misalnya, mencapai 400 juta kaki kubik gas per hari. Berikutnya, Nusantara Regas tengah mempersiapkan terminal serupa di Semarang, Jawa Tengah.
Di Asia, model terminal gas terapung ini baru diterapkan di Dubai, Qatar. “Terminal di Tanjung Priok adalah yang kedua di Asia, dan dimiliki sepenuhnya oleh perusahaan nasional Indonesia,” kata Hendra lagi.
Saat ini, tanker yang dipersiapkan menjadi terminal gas terapung ini tengah dikonversi menjadi unit regasifikasi di Singapura. “Rencananya mulai ditarik dengan tug boat ke Tanjung Priok, pada Januari 2012,” katanya.
Selain untuk kebutuhan pembangkit listrik, pasokan LNG dari terminal terapung Nusantara Regas juga diproyeksikan untuk mengatasi kebutuhan industri. “Kami perkirakan ada permintaan 1.800 juta kaki kubik gas pada 2012 depan,” kata Hendra.
YULIAWATI