TEMPO Interaktif, Lumajang - Kawah Jonggring Seloka di puncak Gunung Semeru, Sabtu, 26 November 2011, dilaporkan terus menggugurkan material vulkanik ke tubir jurang kawah ke arah tenggara.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Gunung Semeru di Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pagi ini, terjadi tujuh kali guguran material vulkanik. "Status aktivitas vulkanik Gunung Semeru tetap di level waspada," kata Arifin, petugas Pos PGA Gunung Semeru.
Baca Juga:
Menurut Arifin, peningkatan intensitas guguran terjadi sejak Rabu, 23 November 2011 lalu. Saat itu, guguran terjadi sebanyak enam kali. Guguran material vulkanik kembali terjadi Jumat kemarin, 25 November 2011, meski hanya satu kali.
Arifin juga menjelaskan guguran material vulkanik disertai gempa letusan dan gempa tektonik jauh. Pada Rabu, 23 November 2011 terjadi 64 kali gempa letusan serta tiga kali gempa tektonik jauh. Sedangkan Jumat, 25 November 2011, terjadi 65 kali gempa letusan. Hari ini terjadi 78 kali gempa letusan dan sekali gempa tektonik jauh.
Arifin tidak bersedia menjelaskan penyebab terjadinya peningkatan intensitas guguran material vulkanik Gunung Semeru. Sebab, penjelasan masalah tersebut hanya bisa diberikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung.
Kepala Pos PGA Gunung Semeru, Suparno, melalui suratnya kepada Pemerintah Kabupaten Lumajang menjelaskan bahwa PVMBG meminta warga untuk tidak melakukan aktivitas di wilayah sejauh empat kilometer di seputar lereng tenggara kawah yang merupakan alur luncuran awan panas guguran.
Dia juga menyebutkan masih banyak endapan material lepas hasil embusan terdahulu di sekitar kawah dan puncak Mahameru. Masyarakat yang bermukim di dekat bantaran sungai dan yang beraktivitas di dalam Sungai Besuk Bang, Besuk Kembar, dan besuk Kobokan, diminta waspada. "Jika terjadi hujan di puncak akan berbahaya bagi warga," urai Suparno.
Suparno juga menambahkan, saat terjadi letusan atau embusan dari kawah Jonggring Seloka, sering disertai lontaran material vulkanik berupa batu-batu pijar. "Karena itu, para pendaki dilarang mendekati kawah dalam radius satu kilometer dari kawah," ucapnya.
Sementara itu, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger telah berancang-ancang untuk menutup sementara kegiatan pendakian Gunung Semeru. "Semeru ditutup untuk pendakian selama tiga hingga empat bulan," kata Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Anggoro Dwi Sujiarto.
Selain karena peningkatan aktivitas gunung berapi tersebut, penutupan juga dilakukan karena sedang dilakukan pemulihan ekosistem di kawasan gunung dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut itu.
DAVID PRIYASIDHARTA