TEMPO Interaktif, Jakarta - Bisnis retail Indonesia diperkirakan terus tumbuh seiring meningkatkan perekonomian. Diperkirakan, bisnis retail bisa naik 10-15 persen tahun depan. Pertumbuhan ini didorong oleh adanya perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia.
Direktur Utama PT Sarinah (Persero) Jimmy Gani mengatakan, pendapatan masyarakat yang meningkat membuat adanya pergeseran gaya hidup dari kelas bawah menjadi kelas menengah ke atas. Perubahan ini membuat pola belanja ikut berubah.
“Pertumbuhan didorong oleh sektor middle class yang membantu sektor retail. Meskipun ada krisis, orang tetap harus makan dan berpakaian,” kata Jimmy dalam acara pelantikan pengurus baru Hipmi di Assembly Hall JCC, Jakarta, Ahad, 4 Desember 2011.
Dengan produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai US$ 3.400 per kapita/tahun dan cadangan devisa mencapai US$ 20 miliar, lanjutnya, menjadi potensi beberapa sektor usaha di Indonesia. Ditambah rasio utang Indonesia yang terus menurun, dari 95 persen pada 2000 menjadi 24 persen pada 2011, merupakan bukti menguatnya ekonomi Indonesia.
Masyarakat lebih memilih pasar modern ketimbang pasar tradisional karena cenderung memilih tempat yang nyaman dan bersih. Hingga akhir 2011 ini, dia memperkirakan pengeluaran masyarakat di sektor retail mencapai Rp 120 triliun, di mana sektor makanan dan minuman masih mendominasi.
Meskipun pasar modern lebih diminati, dia meminta pemerintah tetap memperhatikan pertumbuhan pasar tradisional agar tidak kalah saing. Caranya dengan membenahi infrastruktur pasar tradisional agar bisa mengikuti perubahan gaya hidup masyarakat.
“Ini sesuatu yang tidak bisa dihindari, terutama di kalangan muda. Budaya yang terpengaruh dengan luar negeri dan metropolis. Jadi, jangan dikotomikan tradisional market dengan pasar modern, tapi harus dilihat semuanya mengarah kepada kebutuhan masyarakat,” ujarnya. Pasar tradisional diyakini bisa tetap diminati asalkan ada peningkatan kenyamanan.
ROSALINA