Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bagaimana Melindungi Ibu dan Janin

image-gnews
Pemeriksaaan tekanan darah ibu hamil. sanatate.bzi.ro
Pemeriksaaan tekanan darah ibu hamil. sanatate.bzi.ro
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta:-Perhatian terhadap asupan gizi untuk janin biasa dilakukan pada calon ibu hamil. Si ibu akan berusaha memenuhi asupan nutrisi dengan harapan bayi yang dilahirkannya kelak bisa sehat dan selamat.


Padahal persiapan tersebut semestinya dilakukan sejak menikah. Tujuannya agar tumbuh-kembang janin tidak mendapat masalah dalam jangka pendek maupun panjang, misalnya terjadinya bayi dengan bobot lahir rendah.

Ihwal berat badan bayi berkait erat dengan nutrisi yang dikonsumsi calon ibu. Celakanya, dalam urusan ini, menurut ahli ilmu gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Saptawati Bardosono, masih sering terjadi salah kaprah, termasuk dalam urusan kebijakan. Adanya kebijakan memberikan zat besi dan asam folat kepada ibu hamil oleh petugas di pusat-pusat layanan kesehatan layak menjadi contoh.

"Sayangnya, suplementasi ini dilakukan terlambat. Sebab, proses pembentukan janin dimulai saat konsepsi," kata Saptawati dalam simposium "Pentingnya Nutrisi Sejak Awal Kehidupan untuk Kesehatan Generasi Bangsa di Masa Depan” di Jakarta kemarin. Hajatan ini hasil kerja sama Perhimpunan Nutrisi Indonesia bersama PT Nutricia Indonesia Sejahtera.

Pemberian nutrisi ini bisa semakin terlambat karena calon ibu biasanya baru sadar bahwa dirinya hamil setelah usia kandungan mencapai dua bulan. Bila perempuan mengalami kurang gizi sebelum terjadinya konsepsi, menurut Saptawati, yang terjadi adalah malnutrisi (underweight) saat mulai hamil. Kondisi ibu yang mengalami malnutrisi akan berpengaruh negatif terhadap pembelahan dan replikasi sel dalam embrio.

Bila janin mengalami malnutrisi pada masa kehamilan, bayi akan mengalami life-long programming effect (yang mempredisposisi bayi untuk mengalami masalah kesehatan yang kronis dengan berlanjutnya usia).


"Janin akan beradaptasi terhadap malnutrisi dengan cara mengurangi produksi insulin dan glukosa. Adaptasi tersebut akan memprogram sistem metabolisme janin dan bayi, yang potensial meningkatkan risiko penyakit kronis di usia selanjutnya," kata Saptawati.

Sejumlah risiko lainnya yang mengintai bayi yang mengalami gangguan metabolik adalah diabetes melitus tipe-2, intoleransi glukosa, gangguan metabolisme energi, obesitas, dan disfungsi mitokondria dalam sel, serta stres oksidatif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain itu, bayi dari ibu yang mengalami malnutrisi juga akan menghadapi risiko lebih tinggi terjadinya bayi lahir mati (stillbirth), kelahiran prematur, kematian perinatal (kematian dalam tujuh hari kematian), serta gangguan saraf, pencernaan, pernapasan, dan sirkulasi.


Risiko lain, bayi mengalami cacat lahir, beberapa organ tubuhnya kurang berkembang, mengalami kretinisme (kelainan kongenital yang mempengaruhi kelenjar tiroid yang mengakibatkan gangguan koordinasi, ekspresi wajah lamban, dan kulit kering), serta kerusakan otak.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan pada 2007, prevalensi bayi yang mengalami berat lahir rendah mencapai 11,5 persen. Bayi dikatakan mengalami berat lahir rendah jika berat badannya kurang dari 2,5 kilogram akibat malnutrisi selama masa kehamilan.

Menurut ahli ilmu kesehatan anak FKUI-RSCM, Dokter Titis Prawitasari, tindakan pencegahan terhadap lahirnya bayi dengan bobot lahir rendah bisa dilakukan saat bayi masih dalam kandungan.


Caranya, nutrisi ibu hamil harus lebih diperhatikan dengan memastikan asupan nutrien yang dibutuhkan bayi secara cukup. "Tindakan pencegahan lain bisa dilakukan saat bayi dilahirkan, yaitu dengan memberikan air susu ibu secara eksklusif selama enam bulan," kata Titis.

Setelah enam bulan, penambahan makanan padat dapat dilakukan pada saat yang tepat dan mencukupi. "Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan harus senantiasa dipantau," kata Titis.


AMIRULLAH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Stunting Jadi Masalah Bersama, Edukasi Antar Pihak Harus Dilakukan

56 hari lalu

Penjabat Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Ayodhia G.L Kalake menyerahkan cenderamata kepada Corporate Affairs Director Dexa Group Tarcisius Tanto Randy di acara Program Edukasi & Intervensi Stunting dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan, di Kupang, NTT, Kamis, 7 Maret 2024/Istimewa
Stunting Jadi Masalah Bersama, Edukasi Antar Pihak Harus Dilakukan

Stunting masih menjadi masalah bersama. Perlu kolaborasi antar pihak untuk menyelesaikan stunting yang masih jadi perhatian.


Alasan Endometriosis Disebut sebagai Penyakit Perkotaan

58 hari lalu

Deteksi Endometriosis Melalui Darah
Alasan Endometriosis Disebut sebagai Penyakit Perkotaan

Penelitian di Eropa menunjukkan naiknya kasus endometriosis banyak terjadi di kota karena pengaruh polusi udara yang tinggi.


7 Sumber Konflik Pernikahan Menurut Konselor

21 Januari 2024

Ilustrasi nikah muda. shutterstock.com
7 Sumber Konflik Pernikahan Menurut Konselor

Konselor pernikahan memaparkan tujuh sumber konflik dalam rumah tangga. Apa saja dan bagaimana mengatasinya?


Alasan Perlunya Sosialisasi Kesehatan Reproduksi pada Orang Tua dan Anak

20 Juni 2023

Aktivitas Tenggara Youth Community yang dalam menyampaikan materi edukasi kesehatan reproduksi. Dok. Istimewa
Alasan Perlunya Sosialisasi Kesehatan Reproduksi pada Orang Tua dan Anak

Pendidikan kesehatan reproduksi tak hanya diberikan di sekolah. Orang tua juga perlu memberikan edukasi tentang hal tersebut kepada anak.


Cegah Seks Bebas, Pentingnya Remaja Putri Pahami Kesehatan Reproduksi

1 Mei 2023

Suasana pemberian materi kelas kampanye dengan alat peraga berupa boneka di acara National Youth Camp Sexual and Reproductive Health and Rights (SRHR) pada 16-18 Juli 2019 Embung Kaliaji, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Cegah Seks Bebas, Pentingnya Remaja Putri Pahami Kesehatan Reproduksi

Remaja putri perlu menjaga kesehatan reproduksi dan menghindari seks bebas untuk mencegah penularan penyakit menular seksual, kehamilan di luar nikah.


Perlunya Peran Orang Tua Edukasi Anak Perempuan Kesehatan Reproduksi

15 April 2023

Sulitnya Melakukan Komunikasi dengan Anak Praremaja (Depositphotos)/Tabloid Bintang
Perlunya Peran Orang Tua Edukasi Anak Perempuan Kesehatan Reproduksi

Orang tua harus bisa menjadi sumber pengetahuan utama bagi anak perempuan tentang masalah kesehatan reproduksi, terutama jika sudah menstruasi.


Perlunya Pendidikan Seks sejak Dini untuk Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual

9 Januari 2023

Ilustrasi pelecehan seksual pada anak perempuan. Shutterstock
Perlunya Pendidikan Seks sejak Dini untuk Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual

Pemerhati anak mengatakan pendidikan seks sejak dini bisa melindungi anak dari kejahatan seksual. Bagaimana caranya?


CISDI Kritik Pasal Pidana soal Alat Kontrasepsi di RKUHP: Beri Dampak Buruk

3 Desember 2022

Thumbnail grafis Pasal Kontroversi RKUHP
CISDI Kritik Pasal Pidana soal Alat Kontrasepsi di RKUHP: Beri Dampak Buruk

CISDI menyampaikan kritik atas dua pasal kesehatan di Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP).


Berapa Lama Terjadi Kehamilan setelah Bercinta?

25 Agustus 2022

Ilustrasi test pack kehamilan. Freepik.com
Berapa Lama Terjadi Kehamilan setelah Bercinta?

Kesehatan umum dan reproduksi juga berperan dalam menentukan apakah kehamilan bisa terjadi dengan cepat atau tidak.


Pentingnya Persiapan Pasangan sebelum Menikah demi Kesehatan Reproduksi

28 Juni 2022

Ilustrasi pesta pernikahan. Pexel/Kha Ruxury
Pentingnya Persiapan Pasangan sebelum Menikah demi Kesehatan Reproduksi

Persiapan untuk berkeluarga perlu dimulai sejak memasuki usia remaja. Salah satu tujuannya menjaga kesehatan reproduksi kelak.