TEMPO Interaktif,:- Yoga ternyata sangat berguna untuk anak-anak berkebutuhan khusus, seperti autis dan down syndrome. Bagi mereka, yoga berguna untuk memperbaiki postur tubuh dan meningkatkan konsentrasi. Hal ini disampaikan oleh Paramitha Hioe dan Fezia Tybally, master yoga, dalam Festival Namaste di Jakarta, Sabtu lalu.
"Anak-anak berkebutuhan khusus tidak cacat. Mereka hanya memiliki kemampuan yang sedikit berbeda," ujar Fezia dalam sesi Introductory Talk Yoga for Special Children di Namaste Festival, Sabtu lalu.
Yoga adalah kesatuan tubuh, pikiran, dan jiwa. Anak-anak penderita autis, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan konsentrasi dan disleksia, kata Fezia, memiliki unsur untuk beryoga. "Hanya, mereka memang tidak memiliki kesadaran terhadap tubuh (body awareness)," kata Fasilitator Program Radiant Child ini.
Semua jenis yoga bisa diterapkan untuk anak-anak kebutuhan khusus, tapi, Ia mengingatkan, kalau ada beberapa penyesuaian. Sebab, tidak semua anak mempunyai kemampuan sama. "Yang penting adalah pernapasan. Sebab, bernapas adalah energi utama dari beryoga," kata Fezia.
Fezia menggunakan bulu ayam dan bola berwarna-warni yang lembut untuk mengajarkan anak-anak bernapas ala yoga. "Anak-anak tidak bisa diperintah untuk tarik napas, tahan, lalu diembuskan perlahan. bisa bosan mereka," ujar perempuan yang memiliki klinik yoga di Kuala Lumpur, Malaysia, ini.
Karena itu, Ia mengembangkan teknik seperti bernapas dengan meniup bulu unggas, berlari-lari sambil bergumam dengan mengaktifkan langit-langit mulut, atau berlomba meniup bola-bola dengan cara merayap.
Bagi anak yang sulit bergerak, seperti penderita cerebral palsy atau hydrocephalus, Fezia menuturkan, harus dibantu orang dewasa. Orang tua atau terapis membantu mengatur pernapasan dengan memberi tekanan di perut anak-anak bagaimana cara bernapas yang benar.
Tira Yudistari, 53 tahun, yang hadir bersama putranya, mengakui manfaat yoga bagi anak. Salah seorang putrinya bebas dari asma setelah beryoga selama dua tahun. Kini putranya yang berusia 10 tahun diajak ke Festival Yoga agar tertarik untuk berlatih. "Dia menderita skoliosis (gangguan tulang belakang), tapi saya tidak mau memaksa dia," kata perempuan yang berprofesi sebagai arsitek ini.
Sementara itu, Paramita Hioe mempunyai cara unik mengajarkan yoga ke anak-anak. Pemilik Hioe Management ini mengajar yoga sambil bercerita. "Kalau mengajar langsung, pasti anak-anak cepat bosan. Karena itu, dirangsang dulu dengan hal yang disukai," kata dia. Seperti membaca cerita yang diselipi gerakan yoga, seperti yang ada dalam cerita. Seolah-olah anak menirukan tokoh dalam cerita, padahal Ia sedang beryoga.
Yoga untuk anak bisa dimulai sejak usia 6 bulan. Paramita menguraikan, untuk bayi, biasanya yoga bertujuan untuk perkembangan anak. Tapi untuk anak-anak normal, bisa dimulai dari usia 6-12 tahun. Paramitha mengalami sendiri terhadap putranya, yang menderita down syndrome.
Sejak didiagnosis down syndrome, selama sembilan tahun Paramitha melatih sendiri putranya, yang kini berusia 10 tahun. "Sekarang posturnya jauh lebih baik," ujar dia. Penderita down syndrome biasanya mengalami keterlambatan perkembangan fisik dan mental. Umumnya postur penderita sindrom ini tidak tegap.
| DIANING SARI