Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Malam Mingguan Nonton Gerhana Bulan Total

image-gnews
Gerhana Bulan.  REUTERS/Darrin Zammit Lupi
Gerhana Bulan. REUTERS/Darrin Zammit Lupi
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta: Sudah punya acara malam mingguan? Ada baiknyaSabtu 10 Desember 2011 malam nanti memasukkan agenda menyaksikan gerhana bulan. Inilah gerhana total terakhir yang dapat disaksikan di Indonesia hingga tujuh tahun ke depan.


Berbeda dengan gerhana bulan total pada Juni lalu, yang mengubah rona bulan menjadi merah darah, gerhana kali ini menciptakan bulan jauh lebih gelap. Warna merah kehitaman ini terjadi karena bulan berada di bagian terdalam bayangan bumi. Seluruh wilayah Indonesia dapat menyaksikan fenomena yang baru bisa disaksikan lagi pada 2014 itu pada 10 Desember 2011.


Seluruh prosesi masuknya bulan ke dalam bayangan bumi, yang terhitung sebagai siklus Saros ke-135, akan berlangsung selama hampir enam jam. Siklus Saros adalah perulangan pola gerhana setiap 18 tahun.


Proses gerhana dimulai ketika bulan memasuki bayangan kabur bumi pada pukul 18.33 WIB. Saat itu bulan baru terbit di ufuk timur ketika cahaya matahari masih berpendar di langit. Pemandangan ini akan menjadi pengalaman mengesankan karena purnama yang terlihat besar di dekat horizon akan dilapisi layar langit kebiruan.


"Gerhana mulai saat magrib sehingga bisa menjadi obyek fotografi yang bagus," ujar Direktur Observatorium Bosscha Hakim Lutfi Malasan saat dihubungi kemarin.


Bulan mulai memasuki bayangan gelap bumi pada pukul 19.45 WIB. Selama 80 menit selanjutnya permukaan bulan perlahan ditelan bayangan gelap bumi. Totalitas terjadi mulai pukul 21.06 WIB, ketika seluruh permukaan bulan masuk ke bayangan gelap bumi.


Fase total akan terjadi selama 51 menit dengan puncak gerhana pada pukul 21.32 WIB. Saat totalitas, bulan berada pada ketinggian 60 derajat dari horizon timur.


"Bulan pada ketinggian ini sangat nyaman dilihat," ujar Hakim.


Gerhana bulan total kali ini dipastikan lebih banyak menyedot perhatian masyarakat ketimbang gerhana bulan pada Juni lalu. Alasannya, gerhana terjadi saat prime time (waktu utama), yaitu dari magrib hingga menjelang tengah malam.


"Gerhana kali ini terjadi saat masyarakat masih terjaga dan sedang bersantai menikmati malam Minggu," ujar dia.

Setelah bersembunyi di balik bayangan gelap, bulan perlahan menampakkan wujud mulai pukul 21.57 WIB. Seluruh permukaan bulan keluar dari bayangan gelap pada pukul 23.18 WIB. Prosesi gerhana berakhir pada Minggu, 11 Desember, pukul 00.30 WIB.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sayangnya, faktor cuaca berpotensi merusak peluang masyarakat menikmati gerhana bulan total kali ini. Bulan Desember berada di tengah musim hujan sehingga tutupan awan akan lebih tinggi. Meski demikian, faktor cuaca lebih banyak ditentukan oleh faktor lokal. Beberapa lokasi bisa saja sangat cerah sehingga bisa menyaksikan seluruh fase gerhana.

Dua provinsi yang sangat mungkin bebas tutupan awan adalah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Sebab, catatan satelit memperlihatkan bahwa daerah ini berhawa lebih kering dibanding lokasi lain di Indonesia. Begitu pula Bandung dan Lembang, biasanya tertutup awan selepas tengah malam, sehingga masih mungkin menyaksikan tahapan gerhana.

Mendung yang membayangi diharapkan tak menyurutkan antusiasme masyarakat menyaksikan gerhana. Fenomena langka ini baru bisa disaksikan lagi pada enam tahun mendatang, yaitu pada 31 Januari 2018. Sebenarnya selama periode "kosong" itu terdapat tiga kali gerhana bulan, antara 2014 dan 2015. Tapi pemandangan bulan ditelan bayangan itu hanya bisa disaksikan di sebagian Indonesia, itu pun tak seluruh fase bisa terlihat.

Jika langit mendung, Observatorium Bosscha dan Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menyiapkan fasilitas live streaming melalui halaman situs http://kominfo.go.id. Tayangan langsung gerhana ini disiarkan dari enam titik pengamatan di seluruh Indonesia, yaitu Lembang, Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Pekanbaru, dan Mataram.

"Titik pengamatan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia membuka potensi kondisi langit yang lebih cerah," kata dia.

Juni lalu, tayangan langsung gerhana mendapat sambutan dari masyarakat. Itu terbukti dari tingkat kunjungan halaman Internet yang mencapai 5.000 pengunjung secara bersamaan. Membeludaknya jumlah pengunjung sempat melumpuhkan dua server yang disediakan Kementerian.

Belajar dari pengalaman tersebut, Kementerian meningkatkan kapasitas server menjadi tiga unit ditambah dengan peningkatan bandwidth dan resolusi gambar. Dengan demikian, tayangan langsung gerhana melalui Internet diharapkan bisa lebih lancar.

Selain enam wilayah tersebut, dua planetarium mengadakan kegiatan pengamatan bersama. Planetarium Jakarta di Cikini membuka pintu buat masyarakat yang akan menyaksikan gerhana bersama-sama. Beberapa teleskop jinjing telah disiapkan untuk pengamatan yang dilakukan di atas atap planetarium. Sementara itu, pengamatan yang sama dilakukan di Planetarium Tenggarong, Kalimantan Timur. Satu teleskop disiapkan untuk dipakai guna pengamatan bersama.

ANTON WILLIAM


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

41 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

Topik tentang kronologi pencabutan artikel arkeologi situs Gunung Padang dari Jurnal Wiley menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Gerhana Bulan Penumbra 25 Maret di Indonesia Akan Singkat, Berikutnya 5 April 2042

41 hari lalu

Ilustrasi gerhana bulan penumbra. Kredit: Dok. Langitselatan.
Gerhana Bulan Penumbra 25 Maret di Indonesia Akan Singkat, Berikutnya 5 April 2042

Gerhana bulan penumbra akan terjadi 25 Maret 2024. Fenomena antariksa itu bisa dinikmati di Indonesia kurang dari satu jam.


Gerhana Bulan Penumbra 25 Maret 2024, Ini Bedanya dengan Gerhana Bulan Total

42 hari lalu

Penampakan Gerhana Bulan Penumbra dari Kota Gorontalo, Gorontalo, 23 Maret 2016. Saat gerhana terjadi cahaya bulan penumbra, cahaya bulan hanya akan sedikit meredup. ANTARA/Adiwinata Solihin
Gerhana Bulan Penumbra 25 Maret 2024, Ini Bedanya dengan Gerhana Bulan Total

Fenomena gerhana bulan penumbra akan terjadi pada sebagian langit Indonesia pada 25 Maret 2024. Apa bedanya dengan gerhana bulan total?


Proses Warna Bulan Jadi Merah Saat Terjadi Gerhana, Berikut Penjelasannya

46 hari lalu

Fase awal gerhana bulan sebagian (U1) di Bekasi, Jawa Barat, Minggu, 29 Oktober 2023 dinihari. Fase U1 ini terjadi saat sebagian piringan bulan masuk ke umbra Bumi. ANTARA. FOTO/Paramayuda
Proses Warna Bulan Jadi Merah Saat Terjadi Gerhana, Berikut Penjelasannya

Bulan tampak berwarna merah selama Gerhana Bulan Total terjadi. Hal ini disebabkan karena proses yang disebut hamburan Rayleigh.


Ada Dua Gerhana Saat Ramadan 2024, Pertanda Apa?

46 hari lalu

Ilustrasi gerhana matahari (Pixabay.com)
Ada Dua Gerhana Saat Ramadan 2024, Pertanda Apa?

BRIN mengungkapkan akan terjadi dua jenis gerhana di bulan Ramadan kali ini, pertanda apa?


4 Peristiwa Gerhana yang Akan Terjadi di 2024, Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan

49 hari lalu

Penampakan Gerhana Matahari Total yang diamati dari Pantai Airleu, Com, Distrik Lautem, Timor Leste, Kamis 20 April 2023. FOTO : Observatorium Astronomi ITERA Lampung  atau OAIL
4 Peristiwa Gerhana yang Akan Terjadi di 2024, Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan

Gerhana matahari selalu menjadi fenomena menarik karena jarang terjadi. Pada 2024, ada 4 gerhana yang akan terjadi.


Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

6 Januari 2024

Fase awal gerhana bulan sebagian (U1) di Bekasi, Jawa Barat, Minggu, 29 Oktober 2023 dinihari. Fase U1 ini terjadi saat sebagian piringan bulan masuk ke umbra Bumi. ANTARA. FOTO/Paramayuda
Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

Ada lima gerhana bulan dan matahari yang akan terjadi pada tahun 2024.


Sebagian Bumi Kena Gerhana Matahari Cincin Api Besok, Ini yang Perlu Diketahui

14 Oktober 2023

Foto kombo fenomena alam gerhana matahari sebagian yang diabadikan di Banda Aceh, Aceh, Ahad, 21 Juni 2020. Awal kontak gerhana matahari cincin di wilayah Aceh terjadi pukul 13.18 WIB, puncaknya pukul 14.35. WIB serta berakhir pada pukul 14.42. WIB. ANTARA/Irwansyah Putra
Sebagian Bumi Kena Gerhana Matahari Cincin Api Besok, Ini yang Perlu Diketahui

Apa yang perlu diketahui tentang gerhana matahari cincin api hari Minggu besok?


Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

4 Oktober 2023

Gerhana Bulan terlihat di Bangkok, Thailand, 8 November 2022. REUTERS/Athit Perawongmetha
Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

Gerhana bulan akan terjadi pada Ahad dini hari, 29 Oktober 2023.


Siswa SD Ini Rela Tunggu Gerhana Bulan Penumbra hingga Dini Hari

6 Mei 2023

Clavino Alfatih Firda Putra, 9 Tahun. (Tempo/Maria Fransisca Lahur)
Siswa SD Ini Rela Tunggu Gerhana Bulan Penumbra hingga Dini Hari

Clavino Alfatih Firda Putra, 9 tahun, menyatakan ia sangat ingin melihat gerhana bulan penumbra ini.