TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepolisian akhirnya mengakui adanya kasus pembantaian massal di Mesuji, di Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung. "Kasus itu sepertinya sudah lama," kata Kepala Badan Reserse dan Kriminal Kepolisian Komisaris Jenderal Sutarman, di Istana Bogor, Rabu 14 Desember 2011.
Sutarman mengaku mengetahui pembantaian massal 30 orang petani Mesuji tersebut dari media. "Beberapa bulan lalu juga sebenarnya sudah tahu ada gambar itu dikirim ke beberapa media termasuk kami. Tetapi sepertinya semakin marak beberapa saat terakhir," ujarnya.
Namun kepolisian, kata Sutarman, belum menemukan titik terang tentang insiden Mesuji. "Dua hari lalu, saya sudah mengirimkan tim untuk menelusuri apakah kejadian itu benar," kata dia.
Informasi pembantaian massal ini menyeruak tadi pagi saat pihak korban yang ditemani Mayor Jenderal (Purn) Saurip Kadi mendatangi Komisi Hukum DPR. Mereka menunjukkan bukti rekaman video yang memperlihatkan 30 orang petani Mesuji dibunuh dengan cara keji, bahkan ada yang dipenggal kepalanya.
Dalam video insiden Mesuji itu terlihat di antara pelaku ada yang menggunakan seragam aparat dan senjata organik. Diduga peristiwa ini terkait dengan rencana perluasan lahan kebun sawit dan karet oleh salah satu perusahaan, PT Silvia Inhutani, sejak tahun 2003.
Berbeda dengan Sutarman, Wakil Kepala Kepolisian RI Komisaris Jenderal Nanan Soekarna mengaku belum mengetahui laporan insiden Mesuji. Sementara Ketua Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum Kuntoro Mangkusubroto mendesak pengungkapan dugaan pembantaian oleh aparat tersebut. "Harus diusut tuntas. Siapa yang melakukan dan mengapa," kata dia.
Jika ada pembantaian di Mesuji dan ada keterlibatan oknum aparat penegak hukum, kata Kuntoro, bisa ditindaklanjuti karena kemungkinan ada mafia hukum. Apalagi jika alasan pembantaian karena urusan bisnis perluasan lahan. "Satu orang meninggal saja tidak bisa dibiarkan, apalagi banyak. Ini tidak bisa dibiarkan," kata dia.
ARYANI KRISTANTI