TEMPO.CO, Surabaya - Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur hingga kini belum mampu mengidentifikasi satu persatu imigran gelap yang ditemukan meninggal dunia. "Proses identifikasi rasnya untuk mengetahui dari negara mana masih terus dilakukan," kata Wakil Kepala Polda Jawa Timur, Brigadir Jenderal Polisi Edi Sumantri, usai menghadiri sebuah acara di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat, 23 Desember 2011.
Menurut Edi, mayoritas korban sudah dalam keadaan rusak fisiknya. Demikian pula dokumen yang berkaitan dengan kewarganegaraan mereka. Untuk melakukan identifikasi, Polda Jawa Timur meminta bantuan tenaga dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya serta Tim Identifikasi Markas Besar Polri.
Hingga saat ini, kata Edi, telah ditemukan 78 mayat. Jumlah tersebut tidak termasuk yang ditemukan di perairan Pulau Bali. Jumlah ini juga masih mungkin akan terus bertambah. Adapun 78 mayat tersebut sudah dibawa ke kamar mayat RS Bhayangkara Polda Jawa Timur.
Polda Jawa Timur belum mendapatkan keterangan perihal jumlah pasti penumpang kapal yang mengangkut imigran gelap tersebut. Dari hasil pencarian yang dilakukan oleh tim gabungan, 49 orang dalam keadaan selamat.
Kasus penyelundupan imigran gelap sejak kemarin diambil alih Markas Besar Polri meski pelaksanaannya tetap dilakukan di Jawa Timur. Alasannya untuk mempercepat proses penyelidikan. Sebab, lokasi penemuan mayat tidak hanya di Jawa Timur, tetapi juga di Bali. "Saat ini jumlah tersangka tiga orang, semuanya nelayan," ujar Edi.
Karena adanya kasus tersebut, Polda Jawa Timur meningkatkan pengawasan perairan dengan menambah jumlah personel di setiap kepolisian sektor (polsek) yang dekat dengan laut. Setiap polsek yang rata-rata memiliki 30 personel kini akan ditambah menjadi 45 personel. "Kami juga akan minta tambahan kapal patroli baru. Kapal patroli yang ada tak bisa menjelajahi perairan lebih dari 40 mil," ungkapnya.
Secara terpisah, Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan RS Bhayangkara Polda Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Dr. Didi Agus Mintadi, membenarkan bahwa pihaknya telah mendapatkan bantuan dari tim Disaster Victim Iidentification serta ahli dari Unair, bahkan dari Universitas Indonesia untuk mempercepat proses identifikasi. "Kami teliti satu persatu setiap korban.
Apakah berkebangsaan Iran, Pakistan, atau Afganistan," tuturnya. Apalagi ada permintaan dari Kedutaan Besar Iran untuk membawa pulang jenazah berkewarganegaraan Iran.
Setelah dilakukan proses identifikasi dengan beragam cara, seperti mengecek sidik jari, gigi, serta DNA, jenazah akan diserahkan ke Imigrasi untuk diputuskan apakah akan dibawa ke negara asal atau dimakamkan di Surabaya. Jika dilakukan di Surabaya, maka jenazah akan dimakamkan di Pemakaman Keputih, Surabaya.
FATKHURROHMAN TAUFIQ