TEMPO.CO , Jakarta - Bencana yang berkaitan dengan hidrometeorologi, seperti banjir dan cuaca ekstrem, akan semakin dominan terjadi sepanjang tahun depan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan beberapa daerah perlu perhatian serius.
Menurut Kepala Informasi Data dan Pusat Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho, tren satu dekade terakhir menunjukkan bencana banjir, kekeringan, puting beliung, dan longsor menyumbang sekitar 76,4 persen kejadian bencana di seluruh dunia. Di posisi kedua terdapat bencana geologi dan biologi yang menyumbang sekitar 12,2 persen dan 11,3 persen kejadian bencana. Di Indonesia, dominasi bencana yang disebabkan oleh terganggunya siklus air dan sistem cuaca ini mencapai 70 persen kejadian bencana.
"Dominasi bencana hidrometeorologi masih berlanjut di tahun 2012," ujar Sutopo saat ditemui di gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Jumat, 23 Desember 2011.
Perubahan iklim juga mendorong terjadinya peningkatan jumlah kejadian bencana setiap tahun. Dibandingkan setengah abad lalu, jumlah bencana hidrometeorologi meningkat hingga tujuh kali lipat.
Sepanjang tahun 2011, banjir terjadi sebanyak 394 kali dan menjadi bencana dengan jumlah terbanyak. Bencana lain seperti kebakaran dan puting beliung terjadi sebanyak 346 dan 278 kali. Total bencana pada tahun ini mencapai 1.500 kejadian, namun data ini belum terkumpul seluruhnya sehingga masih mungkin bertambah.
Pada awal tahun 2012, terdapat sekurangnya tujuh provinsi yang berpotensi mengalami banjir skala tinggi. Daerah-daerah tersebut adalah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat. Sementara dua provinsi, yaitu Sumatera Barat dan Riau, diperkirakan mengalami penurunan ancaman banjir karena puncak musim hujan telah terlewati pada November tahun 2011.
ANTON WILLIAM