Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Simpanse Kabarkan Bahaya pada Sesama  

image-gnews
Simpanse menyusui harimau.
Simpanse menyusui harimau.
Iklan

TEMPO.CO, Saint Andrews - Simpanse tampaknya mempertimbangkan siapa lawan bicara mereka sebelum menjalin komunikasi. Para peneliti menemukan bahwa simpanse liar yang melihat ular berbisa lebih cenderung membuat "tanda peringatan" yang ditujukan kepada simpanse lain yang tidak melihat ancaman tersebut.

Temuan ini menunjukkan bahwa primata "memahami pola pikir" primata lain. Penelitian tentang kecerdasan luar biasa yang dimiliki primata akan diterbitkan dalam jurnal Current Biology.

Para ilmuwan dari Universitas Saint Andrews, Skotlandia, meneliti cara komunikasi primata. Penelitian tersebut untuk mengungkap sejumlah asal usul bahasa manusia.

Untuk mengetahui bagaimana simpanse "berbicara" satu sama lain tentang adanya ancaman, para ilmuwan menempatkan ular plastik--dari jenis ular badak dan ular beludak gaboon--di jalan yang biasa dilalui simpanse liar. "Ular tiruan ini merupakan spesies yang hebat dalam menyamar dan memiliki gigitan mematikan," kata doktor Catherine Crockford dari University of St Andrews, yang memimpin penelitian.

Ular tersebut juga mampu berdiam diri di satu tempat selama berminggu-minggu. Jadi, jika ada simpanse yang menemukan ular tiruan tersebut, dia akan segera memberitahukan kepada temannya.

"Ketika simpanse melihat ular tiruan, mereka secara spontan melompat pergi. Tapi mereka tidak akan berseru," kata Crockford seperti dikutip BBC Nature. "Itu bukan reaksi spontan."

Setelah melompat menjauh, masing-masing simpanse akan kembali mendekati ular tiruan itu lagi, tapi dengan lebih hati-hati. Dan kali ini, mereka akan membuat suara pelan "hoo" jika menjumpai ada simpanse lain yang mendekat dan tidak menyadari ular itu ada di sana.

"Kami memonitor ular sepanjang hari, jadi kami tahu simpanse mana yang telah melihatnya dan mana yang tidak," ujar Crockford. Dia menambahkan, ketika primata berseru, mereka sangat fokus pada pendengaran mereka.

Namun temuan perilaku itu tidak sepenuhnya baru. "Banyak hewan memberikan seruan peringatan dan lebih mungkin memberikan seruan peringatan ketika ada hewan lain datang," ujar dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal yang baru di sini adalah simpanse-simpanse itu tampaknya "disetel" untuk memberikan peringatan. Bukan ke "siapa lawan bicara yang dituju", tapi "apa yang perlu diketahui lawan bicara".

Simpanse tampaknya termotivasi untuk mengkomunikasikan informasi yang relevan dengan individu lain. Temuan ini, Crockford mengatakan, memberikan pengetahuan penting tentang faktor yang mungkin telah "memulai" cara komunikasi yang lebih kompleks.

"Mengapa aku repot-repot memberi tahu sesuatu padamu, kalau kau sudah mengetahuinya," kata Crockford menggambarkan apa yang ada di benak simpanse. Dia menyimpulkan simpanse, kerabat dekat manusia, menyadari kebebalan dan pengetahuan simpanse lain.

Simpanse termotivasi untuk mengkomunikasikan informasi yang hilang, namun relevan, untuk individu lain. "Itu satu hal yang hilang dari cerita evolusi bahasa," ujar Crockford.

Matius Cobb, profesor zoologi di Universitas Manchester, menjelaskan bahwa "membayangkan apa yang dipikirkan individu lain" adalah bagian penting dari bahasa manusia. "Penelitian ini memberi tahu kita bahwa kemampuan komunikasi telah berevolusi," kata Cobb kepada BBC Nature.

Cobb mengatakan, di alam liar dan ketika dihadapkan dengan tantangan alami, simpanse telah mengubah cara komunikasi mereka, tergantung pada apa yang diketahui simpanse lain. "Tampaknya komunikasi manusia tidak lagi begitu unik," ujarnya.

GUARDIAN | BBC NATURE | MAHARDIKA SATRIA HADI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

45 hari lalu

Secara spesifikasi, Kia Ray dibekali baterai lithium-iron-phosphate (LFP) 35,2 kilowatt-jam. (Foto: Kia)
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.


Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (ugm.ac.id)
Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.


Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Menara Hoover menjulang di Stanford University di Stanford, California, AS pada 13 Januari 2017. REUTERS/Noah Berger
Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.


2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

Peneliti di Gedung Genomik BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jawa Barat, Selasa, 27 Juni 2023. (Tempo/Maria Fransisca)
2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.


Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.


Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Gambar dari Batagur trivittata, Burmese Roofed Turtle yang masuk daftar Critically Endangered menurut IUCN Red List. (Rick Hudson, source: https://www.iucnredlist.org/species/10952/152044061)
Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.


Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Tim Mahabidzul dari ITB merancang pendeteksian jenis malaria pada pasien secara cepat dan akurat. Dok.ITB
Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.


Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Gunung Krakatau. itb.ac.id
Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.


Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Anna Armeini Rangkuti, mahasiswa program doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). ui.ac.id
Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.


Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.