TEMPO.CO, Jakarta -Ketua Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas Nasional (Hiswana Migas), Eri Purnomo Hadi, menyatakan bahwa para pengusaha swasta pemilik Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) siap mendukung program konversi bahan bakar minyak ke gas yang direncanakan pemerintah.
Tetapi sebelum merealisasikan dukungan, pengusaha meminta kejelasan dan kepastian program konversi terlebih dahulu. Meski siap, para pengusaha tetap membutuhkan waktu untuk membangun sarana infrastruktur yang dibutuhkan.
"Setidaknya enam bulan untuk infrastruktur, itu sederhana seperti penambahan tangki dan dispenser," ujarnya, ketika dihubungi Tempo, Ahad 1 Januari 2012.
Program konversi diakuinya perlu dilaksanakan segera. SPBU yang dinilai paling siap untuk program konversi ini terutama seluruh SPBU di Jakarta yang berjumlah sekitar 700 unit. "Diwajibkan dulu yang di Jakarta, kemudian Jawa dan Bali," katanya.
Dia menghitung investasi yang dibutuhkan untuk menyediakan bahan bakar gas di satu SPBU dapat mencapai sekitar Rp 1,5 miliar. Investasi tersebut untuk pengadaan satu tangki timbun dan satu dispenser.
Pengusaha juga meminta pemerintah mendukung niatan mereka dengan memberikan insentif tertentu, seperti bunga pinjaman yang lunak mengingat investasi yang dikeluarkan juga tidak kecil.
Eri mengeluhkan, bunga pinjaman selama ini masih tergolong tinggi bagi pengusaha yaitu sekitar 13 persen. Padahal, pengusaha telah ramai-ramai membangun infrastruktur untuk penyediaan Pertamax demi mendukung program pembatasan BBM bersubsidi yang pelaksanaannya ditargetkan pemerintah di tahun ini.
"Sangat berat investasi dengan bunga saat ini, Malaysia saja bunganya hanya 6 persen. Kita ingin insentif bunga yang kompetitif setidaknya," kata Eri. Dari sisi harga bahan bakar gas (BBG), pengusaha menyerahkan kepada pemerintah dan para produsen gas.
Saat ini harga gas untuk BBG adalah Rp 3.100 per liter setara Premium. Harga tersebut sedang dikaji oleh pemerintah untuk dinaikkan menjadi Rp 4.100 agar lebih mencapai nilai keekonomian.
Para pengusaha meminta agar berapa pun harga yang dipatok memiliki margin yang sesuai bagi pemilik SPBU. "Marginnya setidaknya sekitar Rp 300 sampai Rp 400 per liter setara Premium," ucap Eri.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Evita Herawati Legowo, menjelaskan untuk 2012 pemerintah memang menitikberatkan dua hal di sektor hilir migas, yaitu pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi dan konversi bahan bakar minyak ke gas.
Konversi ini disiapkan untuk masyarakat yang tidak mampu langsung beralih ke Pertamax begitu pembatasan BBM subsidi diterapkan, karena rentang harga yang terlalu lebar.
Konversi dimulai dengan membangun lagi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di beberapa kota besar seperti Palembang dan Surabaya.
Selain pembangunan SPBG, pemerintah juga akan membagikan alat konversi bahan bakar secara cuma-cuma untuk beberapa daerah. Selama 2011 pemerintah telah membagikan sebanyak 500 converter kit . Rincinya adalah sebanyak 200 buat untuk Palembang, dan 300 lainnya untuk DKI Jakarta.
GUSTIDHA BUDIARTIE