TEMPO.CO, Cianjur - Pagi itu, Rabu, 4 Januari 2012, puluhan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Cianjur tertegun di pintu masuk Ruang Paripurna DPRD. Pintu masuk ruangan untuk bersidang dihadang "bebegig" (orang-orangan sawah). Selain itu, banyak batu bergelantungan. Juga ada orang-orang bertelanjang dada sambil bermain bola.
Hari itu gedung wakil rakyat dijadikan ruang pameran seni rupa instalasi dan performance art oleh perupa Adam Jabbar. Perupa ini mencoba merespons gedung Dewan sebagai ruang publik untuk menyampaikan aspirasi.
"Soalnya selama ini berteriak-teriak tak pernah didengar oleh mereka (anggota Dewan). Makanya saya meresponsnya dengan karya yang berlangsung di tempat mereka bertugas," ujar Adam di Cianjur, 4 Januari 2012.
Adam menambahkan pameran ini dinamai "Saka Art Summit". "Saka dalam arti sakainget (seingatnya), sakadaek (semaunya), pokoknya saka," ujar dia.
Setelah lama tertegun, beberapa anggota Dewan kemudian ngeloyor pergi. Ada pula yang buru-buru masuk ruang komisi dan fraksi. Sebagian lantas ikut menyaksikan pameran yang dibentuk dari materi pohon kaso, ilalang, bambu, batu, dan kertas.
"Saya merespons kegiatan kesenian seperti ini. Kami juga perlu diusik dengan karya seperti ini. Kalau perlu sering-sering ada pameran seperti ini. Gedung ini terbuka untuk kritik seperti ini," kata Saep Lukman, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cianjur.
Selain karya instalasi Adam Jabbar, pameran diisi pula dengan performance art dari Isa Perkasa (pelukis asal Bandung) dan Agoes Jolly (Jakarta) serta Jatiwangi Art Factory (Majalengka).
DEDEN ABDUL AZIZ