TEMPO.CO, MALANG -Manajemen Arema Indonesia versi Liga Super Indonesia akhirnya memberhentikan Wolfgang Pikal sebagai pelatih kepala. Keputusan manajemen berlaku efektif mulai Kamis, 5 Januari 2012.
“Mulai hari ini secara resmi kami tidak lagi melanjutkan kerja sama dengan dia dan mulai besok (Jumat, 6 Januari 2012), tim ditangani Joko Susilo (asisten pelatih) sampai kami mendapat pelatih pengganti yang definitif,” kata Sunavip Ra Indrata alias Indra, manajer tim, yang didampingi juru bicara Sudarmaji di kantor Arema LSI di Jalan Sultan Agung 9, Kota Malang.
Menurut Indra, keputusan memberhentikan Pikal murni berdasarkan hasil evaluasi total atas tiga kekalahan beruntun dan sekali seri, ditambah masukan-masukan kritis Aremania atau pendukung fanatik klub Singo Edan.
Pikal resmi melatih tim Arema LSI mulai Rabu, 23 November 2011. Arema LSI menjadi klub sepak bola pertama Indonesia yang dilatih pria kelahiran Austria itu setelah jadi asisten pelatih tim nasional senior era Alfred Riedl di Piala Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF) 2010.
Debutnya di Malang mengecewakan manajemen dan Aremania setelah Charis Yulianto dan kawan-kawan alah tiga kali kalah beruntun sepanjang Desember 2011. Kekalahan pertama dan paling memalukan justru dialami di kandang sendiri, Stadion Kanjuruhan.
Tim tamu Persela Lamongan menang tipis 1-0 pada 6 Desember. Dua kekalahan lagi dialami di kandang Persiba Balikpapan (10 Desember) dan Persegres Gresik (17 Desember) masing-masing dengan skor 1-2 dan 0-2.
Di pertandingan keempat Arema justru nyaris dikalahkan oleh sepuluh pemain Persiram Samarinda pada Rabu, 4 Januari 2012. Diwarnai kericuhan antarpemain dan marahnya ribuan pendukung, Arema mampu menyamakan kedudukan jadi 2-2 di menit terakhir babak kedua. Hasil seri tetap tak memuaskan sehingga ratusan Aremania pun berunjuk rasa di luar stadion seusai pertandingan. Mereka mendesak tim dirombak total, Pikal diganti, dan manajemen harus mengusut pemukul seorang Aremania.
Sudarmaji menambahkan, desakan Aremania jadi pertimbangan utama karena kontribusi terbesar ke kas Arema berasal dari mereka. Namun kontribusi ini jangan dianggap sebagai bentuk tekanan tapi. “Tolong dianggap sebagai realitas betapa kontribusi mereka itu terbesar dan nyata sehingga sangat pantas diakomodir,” kata bekas wartawan itu.
Sebelum diberhentikan, sebenarnya manajemen sudah menawari dua opsi kepada Pikal. Pelatih kelahiran Wina, 1 November 1967, itu ditawari menangani Akademi Arema karena Pikal terbiasa mengurusi pembinaan pemain-pemain muda. Opsi kedua, Pikal ditawari menjadi direktur teknik. Namun kedua opsi ditolak Pikal dengan alasan ingin berkonsentrasi mengembangkan Sekolah Sepak Bola Real Madrid di Denpasar, Bali.
Meski diberhentikan, Pikal tetap berterima kasih diberi kesempatan untuk melatih tim LSI sekaliber Arema.
ABDI PURNOMO