TEMPO.CO, Jakarta - Produktivitas sektor pertanian dianggap stagnan meski anggaran untuk sektor tersebut sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Alokasi anggaran Kementerian Pertanian yang meningkat hampir dua kali lipat dari Rp 8,2 triliun pada 2009 menjadi Rp 17,8 triliun pada 2011 dianggap masih belum mampu meningkatkan produktivitas sektor itu.
"Tentu ada masalah yang serius dan harus segera diperbaiki," kata anggota Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat, Kemal Azis Stamboel, melalui keterangan tertulis kepada Tempo, Selasa 17 Januari 2012.
Logikanya, menurut Kemal, seharusnya ada peningkatan produktivitas yang lebih tinggi setiap terjadi peningkatan input produksi. Namun, data menunjukkan sebaliknya. Dalam kurun waktu 14 tahun terakhir (1996-2010) produktivitas pertanian rata-rata tumbuh di bawah 1 persen per tahun, sedangkan pada dua dekade sebelumnya (1970-1996) produktivitas pertanian rata-rata tumbuh 2,4 persen per tahun.
"Fakta ini harus menjadi peringatan keras bagi pemerintah karena rata-rata pertumbuhan penduduk kita sudah mencapai 1,5 persen per tahun atau 0,5 persen lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan produktivitas pertanian kita," ujar Kemal.
Kemal menyatakan kebijakan politik anggaran pemerintah dalam meningkatkan produktivitas pertanian perlu dievaluasi. Sebagai contoh adalah postur anggaran untuk Kementerian Pertanian pada APBNP 2011 di mana dari anggaran yang sebesar Rp 17,8 triliun ternyata alokasi untuk belanja modal hanya sebesar 3,36 persen. "Mayoritas belanja dialokasikan untuk belanja sosial sebesar 46,47 persen, belanja barang 44,12 persen, dan belanja pegawai 6,03 persen," ucapnya.
Sedangkan dari Kementerian Pekerjaan Umum, alokasi belanja modal untuk pembangunan dan perawatan irigasi hanya sekitar Rp 3 triliun pada 2011. Padahal, data menunjukkan bahwa hanya sebanyak 36 persen lahan sawah yang mendapat aliran air irigasi. "Bagaimana produktivitas pertanian akan bisa meningkat jika infrastruktur mendasar seperti irigasi masih jauh dari kondisi ideal," kata Kemal.
Kemal mengatakan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara memberi insentif fiskal seperti subsidi pupuk, subsidi benih, dan subsidi suku bunga kredit adalah kebijakan yang baik. "Tapi itu belum cukup," ujar dia. Alasannya karena kebijakan insentif fiskal yang diberikan pemerintah akan berjalan tidak efektif jika infrastruktur pertanian yang mendasar seperti irigasi, waduk, dan bendungan masih belum diperbaiki.
Menurut Kemal, pembangunan dan perbaikan infrastruktur pertanian seperti irigasi, waduk, dan bendungan yang baik adalah prasyarat mendasar untuk meningkatkan produktivitas pertanian. "Tanpa itu, kebijakan insentif fiskal yang diberikan oleh pemerintah akan berjalan tidak optimal," ucap politisi dari Partai Keadilan Sejahtera itu.
PRIHANDOKO