Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Alat Peringatan Banjir di Madiun dan Ngawi Rusak  

image-gnews
Sejumlah rumah terendam banjir di Pucangsawit, Solo, Jawa Tengah, (31/1). Bengawan Solo dan sejumlah anak sungainya meluap sejak semalam, akibat hujan dari Jum'at siang. Foto: ANTARA/Andika Betha
Sejumlah rumah terendam banjir di Pucangsawit, Solo, Jawa Tengah, (31/1). Bengawan Solo dan sejumlah anak sungainya meluap sejak semalam, akibat hujan dari Jum'at siang. Foto: ANTARA/Andika Betha
Iklan

TEMPO.CO, Madiun – Alat sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) banjir milik Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur yang dipasang di Kota Madiun dan Kabupaten Ngawi rusak. Di Kota Madiun, satu EWS terpasang di jembatan Kelurahan/Kecamatan Manguharjo yang dilewati aliran sungai Bengawan Madiun. Sedangkan di Kabupaten Ngawi, sedikitnya ada lima EWS yang dipasang di aliran Sungai Bengawan Madiun dan Bengawan Solo. Kesemuanya juga tak berfungsi.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat telah melaporkannya ke Dinas Pengairan kota/kabupaten untuk diteruskan ke Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur. Namun, hingga sekarang belum ada perbaikan.

“Mungkin yang rusak alat elektrik yang terhubung dengan sirine sehingga sirinenya tidak bisa berfungsi,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Madiun, Agus Subianto, Jumat, 20 Januari 2012. Alat peringatan banjir yang terhubung dengan sirine itu mampu mengeluarkan bunyi sirine hingga radius tiga kilometer.

Fungsi alat tersebut sangat dibutuhkan di tengah musim penghujan dan rawan banjir. Kota Madiun termasuk wilayah rawan banjir karena dilalui Sungai Bengawan Madiun dan sungai lain seperti Kali Piring. “Hulu Bengawan Madiun ada di Ponorogo bagian selatan, sedangkan hulu Kali Piring ada di lereng Gunung Wilis,” kata Agus.

Sejumlah kelurahan di Kota Madiun yang berada di bantaran sungai dan rawan banjir di antaranya Kelurahan Demangan, Kuncen, dan Josenan di Kecamatan Taman serta Kelurahan Nambangan Kidul, Nambangan Lor, Pangongangan, Madiun Lor, dan Patihan di Kecamatan Manguharjo.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Ngawi Eko Heru Cahyono mengatakan setidaknya ada lima EWS di bantaran Sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang rusak, antara lain di Kecamatan Pitu, Ngawi, Geneng, Kwadungan, dan Pangkur. “Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Pengairan untuk segera diperbaiki,” katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Petugas Dinas Pengairan dan BPBD setempat terus memantau ketinggian air di pertemuan Sungai Bengawan Madiun dan Bengawan Solo yang melintas di wilayah setempat. Ketinggian air rata-rata masih sekitar 6,5 meter dari dasar sungai dan statusnya masih Siaga I.

Petugas akan menetapkan status Siaga II jika ketinggian air mencapai 7,5 meter dan Siaga III jika ketinggian mencapai lebih dari 8,5 meter. Jika sudah Siaga III, wilayah yang pertama dilanda luapan air di antaranya Kecamatan Kwadungan dan Mantingan. Kecamatan lain yang juga dilalui Bengawan Madiun dan Bengawan Solo antara lain Kecamatan Kwadungan, Geneng, Ngawi, Pangkur, Pitu, Mantingan, dan Kedunggalar.

BPBD Ngawi juga telah menyiagakan 70 petugas yang siap diterjunkan dalam penanganan banjir. Petugas disebar di 19 kecamatan yang ada di Ngawi. “Sejumlah perahu karet, pelampung, dan puluhan karung pasir juga sudah disiapkan,” ujarnya. Pemerintah kabupaten setempat juga sudah melakukan sosialisasi antisipasi bencana ke masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah rawan bencana.

Ngawi rawan banjir karena menjadi wilayah pertemuan dua sungai besar, yakni Bengawan Madiun dan Bengawan Solo. Ngawi pernah dilanda banjir besar pada 2007 lalu. Setelah 2007, pemerintah setempat mulai meninggikan tanggul penahan di sejumlah wilayah yang dilalui Bengawan Madiun dan Bengawan Solo.

ISHOMUDDIN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Mahasiswa Unnes Ciptakan Alat Pemantau Longsor di Banjarnegara

7 Maret 2022

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang berhasil menciptakan alat pemantau longsor. Foto : UNNES
Mahasiswa Unnes Ciptakan Alat Pemantau Longsor di Banjarnegara

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) menciptakan alat pemantau longsor. Alat tersebut sudah dipasang di Banjarnegara.


Longsor Banjarnegara, 4 Orang Ditemukan Tewas

20 November 2021

Sejumlah warga menyaksikan jalan raya yang ambles di lokasi bencana longsor di Desa Clapar, Madukara, Banjarnegara, Jateng, 30 Maret 2016.  Berdasarkan pantauan BPBD, longsoran diperkirakan sudah bergerak sejauh 2-3 kilometer dari ujung hingga bawah dan dikhawatirkan akan semakin meluas. ANTARA/Anis Efizudin
Longsor Banjarnegara, 4 Orang Ditemukan Tewas

Longsor Banjarnegara pada Jumat malam menimpa dua rumah warga.


Longsor di Banjarnegara Disebabkan Tanggul Irigasi Jebol

2 November 2019

Ilustrasi longsor. shutterstock.com
Longsor di Banjarnegara Disebabkan Tanggul Irigasi Jebol

Longsor ini menyebabkan dua rumah tertimbun dan satu orang meninggal.


Longsor di Banjarnegara, Satu Orang Meninggal Dunia

2 November 2019

Ilustrasi longsor. shutterstock.com
Longsor di Banjarnegara, Satu Orang Meninggal Dunia

Retakan tanah tersebut berlokasi di sebelah timur rumah yang kemudian tertimbun longsor.


Longsor di Banjarnegara 1 Orang Tewas

25 September 2016

TEMPO/Budi Purwanto
Longsor di Banjarnegara 1 Orang Tewas

Rumah itu tertimpa reruntuhan tanah dan menewaskan satu orang dan delapan anggota keluarga lainnya luka-luka.


3 Warga Banjarnegara Jadi Korban Longsor Susulan

19 Juni 2016

Jalan menghubungkan Kecamatan Madukoro-Pagentang, Banjarnegara, Jawa Tengah, rusak dan retak akibat tanah longsor, 27 Maret 2016. Longsor yang terjadi secara merayap dan perlahan seluas lima hektare, mengakibatkan 196 rumah warga rusak dan 14 diantaranya rusak berat. TEMPO/Irsyam Faiz
3 Warga Banjarnegara Jadi Korban Longsor Susulan

Ketiga korban sedang membersihkan longsor saat terjadi
longsor susulan.


Longsor Banjarnegara, Enam Korban Sudah Dimakamkan

19 Juni 2016

ANTARA/Agus Bebeng
Longsor Banjarnegara, Enam Korban Sudah Dimakamkan

Korban meninggal di Grumbul Wanarata disebabkan tertimbun material longsor susulan saat sedang bekerja bakti menyingkirkan longsoran.


Longsor di Banjarnegara, 6 Warga Meninggal

19 Juni 2016

Warga bersama relawan bergotong royong membuat saluran air di lokasi bencana longsor dan tanah bergerak di Desa Clapar, Madukara, Banjarnegara, Jateng, 31 Maret 2016. Sedikitnya 21 rumah roboh, serta ratusan lainnya  terancam roboh. ANTARA/Anis Efizudin
Longsor di Banjarnegara, 6 Warga Meninggal

Enam orang yang meninggal sudah dievakuasi, sementara satu korban masih dalam pencarian.


Darurat Longsor Banjarnegara Berakhir, Potensi Lonsor Masih Ada

13 April 2016

Jalan menghubungkan Kecamatan Madukoro-Pagentang, Banjarnegara, Jawa Tengah, rusak dan retak akibat tanah longsor, 27 Maret 2016. Longsor yang terjadi secara merayap dan perlahan seluas lima hektare, mengakibatkan 196 rumah warga rusak dan 14 diantaranya rusak berat. TEMPO/Irsyam Faiz
Darurat Longsor Banjarnegara Berakhir, Potensi Lonsor Masih Ada

Potensi longsor masih ada apabila curah hujan tinggi.


Longsor Banjarnegara, Warga Kuras Kolam Ikan  

31 Maret 2016

Jalan menghubungkan Kecamatan Madukoro-Pagentang, Banjarnegara, Jawa Tengah, rusak dan retak akibat tanah longsor, 27 Maret 2016. Longsor yang terjadi secara merayap dan perlahan seluas lima hektare, mengakibatkan 196 rumah warga rusak dan 14 diantaranya rusak berat. TEMPO/Irsyam Faiz
Longsor Banjarnegara, Warga Kuras Kolam Ikan  

Longsoran diperkiraan sudah bergerak sejauh 2-3 kilometer dari ujung hingga bawah. Sedang lebar longsoran 100 -200 meter.