TEMPO.CO, Bandar Lampung - Kedua kelompok warga yang bertikai dan bentrok di Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, Selasa, 24 Januari 2012 lalu, sepakat berdamai hari ini. Kesepakatan damai diteken di depan Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P., oleh tokoh Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan sejumlah tokoh masyarakat di Kecamatan Sidomulyo.
“Mereka sepakat untuk menenangkan situasi dan berusaha agar tidak ada upaya pengerahan massa untuk saling menyerang,” kata Gubernur Sjachroedin, seusai mediasi antartokoh, Rabu, 25 Januari 2012.
Mediasi antartokoh itu dihadiri Panglima Daerah Militer Sriwijaya Mayor Jenderal S. Widjanarko, Wakil Kepala Kepolisian Daerah Lampung Komisaris Besar Rusman, pengurus Parisadha Hindhu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, Mayjen (Purn) Sang Nyoman Suwisma, dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lampung Marwan Cik Asan.
Pertemuan yang berlangsung secara tertutup itu menyepakati semua kerusakan rumah yang dibakar massa akan dibangun kembali oleh pemerintah daerah. “Pembangunan itu akan dilakukan secara bertahap dengan melibatkan TNI, sukarelawan, dan kedua belah pihak yang bertikai,” katanya.
Sjachroedin mengatakan para tokoh yang hadir dalam pertemuan itu memiliki kewajiban agar masyarakat di level bawah kembali bersatu dan tidak ada dendam di antara mereka. Tanpa ada kesadaran di tingkat bawah, kata dia, perdamaian yang digelar hari ini tidak ada artinya. “Selanjutnya para tokoh itu harus ditantang apakah mereka bisa mengendalikan massanya apa tidak. Mereka punya tanggung jawab itu,” katanya.
Sementara itu Ketua DPRD Lampung Marwan Cik Asan mengakui ada indikasi provokator yang bermain dalam bentrok antarwarga Bali dan Lampung di Kecamatan Sidomulyo. Tiga kali peristiwa bentrok, yaitu pada November 2011 dan dua kali pada Januari 2012, di daerah itu mempunyai kemiripan pola.
“Selalu diawali oleh keributan antarpemuda lalu disusul penyerangan dan aksi pembakaran. Tapi kita belum tahu motif mereka. Itu tugas polisi untuk mengungkapnya,” kata politikus Partai Demokrat itu.
Sementara itu, di lokasi kejadian, ratusan aparat kepolisian dari Brigade Mobil Daerah Lampung dan Banten, Bataliyon 143 Korem Garuda Hitam, kesatuan Marinir, dan TNI AL masih berjaga-jaga. Mereka memblokir semua akses jalan untuk menutup penyusup dari luar. “TNI hanya mem-back-up polisi. Polisi yang akan mengusut dan menindak pelaku penyerangan dari kedua belah pihak yang bertikai,” kata Panglima Daerah Militer Sriwijaya Mayjen S. Widjanarko.
Tokoh PHDI Pusat, Mayjen (Purn) Sang Nyoman Suwisma, meminta aparat menindak para pelaku kerusuhan dengan adil. Dia mengimbau warga Bali di luar daerah tidak usah datang ke Lampung karena persoalan sudah selesai. “Tidak usah datang. Biarkan orang di Lampung menyelesaikan persoalan dengan damai tanpa kekerasan,” katanya.
NUROCHMAN ARRAZIE