TEMPO.CO, Jakarta- Pengamat politik Universitas Gajah Mada, Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedang menunggangi kasus korupsi kader Partai Demokrat untuk kepentingan citranya.
Kegiatan presiden mengumpulkan sejumlah aktivis antikorupsi di Istana Negara merupakan bagian dari itu. “Ini upaya mengesankan Partai Demokrat terlihat bersih,” kata Ari saat dihubungi Tempo, Rabu, 25 Januari 2012.
Agung Ari melihat, Presiden Yudhoyono sudah melihat sinyal kuat tindakan Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap kader partainya. Dia menyatakan, Yudhoyono sudah memprediksi kasus ini akan meluas ke sejumlah pengurus partai yang disebut Nazaruddin. “Termasuk ketua umum,” kata dia.
Pengumpulan aktivis antikorupsi, kata Agung Ari, seolah menjadi pesan kepada publik, Presiden serius memberantas korupsi. Termasuk membersihkan sejumlah kader partai yang dianggap bermasalah. Kasus korupsi yang membeli pengurus partai dinilai oleh presiden akan melemahkan citra.
Dia menilai, kasus ini digunakan oleh Yudhoyono untuk memperkuat patron dirinya di internal Partai Demokrat. “Ada indikasi ini pembersihan terhadap kubu Anas Urbaningrum,” Agung Ari menjelaskan.
Agung Ari menilai, Partai Demokrat terlalu cepat menjadi partai besar. Partai ini mengambil kader dari siapa saja yang ingin masuk ke politik. Akibatnya, partai menjadi tempat penampungan berbagai macam orang dan kepentingan.
Dia melihat Partai Demokrat menjadi tempat persembunyian orang-orang yang bermasalah. “Bukan karena kesamaan ideologi,” kata dia. Yudhoyono ingin memakai momen kasus Nazaruddin termasuk kader lain yang diduga terkait serta pengumpulan aktivis antikorupsi untuk mendongkrak kembali citra partainya.
I WAYAN AGUS PURNOMO