TEMPO.CO, Malang - Manajemen Arema Indonesia versi Liga Prima Indonesia (LPI) berencana membuka Akademi Arema Indonesia. Pembukaan akademi untuk mewujudkan program pembinaan pemain usia muda.
Juru bicara Arema LPI, Noor Ramadha, mengatakan kehadiran Akademi Arema Indonesia untuk menjamin kelangsungan proses regenerasi pesepak bola di Malang. “Tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan Arema, tapi juga untuk persepakbolaan nasional kita,” kata Noor kepada Tempo, Selasa, 31 Januari 2012.
Ia tak bisa memastikan kapan akademi dibuka selain menyebutkan secepatnya, kira-kira saat jeda putaran pertama kompetisi LPI, Maret mendatang. Persiapan teknis sudah dimulai. Bekas pelatih Arema, Gusnul Yakin, kemungkinan besar dipercaya manajemen menjadi manajer sekaligus pelatih kepala akademi. Gusnul saat ini membantu mengurus tim senior Arema.
Nunun menegaskan pembukaan Akademi Arema Indonesia bukan mengekor Akademi Arema yang dikelola majamenen Arema Indonesia versi Liga Super Indonesia (LSI), melainkan tanggung jawab dan kewajiban sebagai klub profesional. Akademi diprioritaskan untuk siswa usia di bawah 21 tahun.
Gusnul Yakin optimistis Akademi Arema Indonesia bisa segera dibuka tanpa kendala karena manajemen Arema LPI yang dikendalikan Ancora sangat profesional dan serius ingin memajukan persepakbolaan Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu) lewat Arema. Soal pendanaan akademi bukan masalah.
“Insya Allah bisa segera dibuka karena pembukaan akademi memang merupakan rencana yang sudah dibuat manajemen sejak awal. Kita harus berani membuka akademi seperti yang dilakukan klub-klub dunia di Eropa, seperti MU (Manchester United), Arsenal, Liverpool, AC Milan, dan Barcelona,” kata Gusnul kepada Tempo.
Menurutnya, pembukaan akademi ditujukan untuk menjaring pesepak bola muda berbakat yang akan diproyeksi menggantikan pemain-pemain senior Arema sehingga proses regenerasi terjaga. Selain untuk memenuhi kebutuhan internal, siswa-siswa akademi juga diproyeksikan “dijual” ke klub-klub lain dan, yang terutama, mampu memenuhi kebutuhan tim nasional. Penjenjangan kelas akademi mengacu pada kompetisi kelompok umur yang akan diselenggarakan PSSI.
“Kami menunggu kelompok umur berapa saja yang akan dikompetisikan. Jika sudah jelas, kita sesuaikan. Tapi, sebagai gambaran, akademi menerima siswa di bawah usia 21 tahun. Mohon dukungannya,” kata Gusnul.
Akademi Arema sendiri masih tetap berjalan. Namun, menurut Prayitno Setiawan, sang manajer, Akademi Arema untuk sementara tidak membuka rekrutmen siswa baru karena manajemen Arema LSI masih sibuk mengurusi tim senior. Akademi sedang terseok-seok akibat konflik dualisme Arema.
“Waktu masih gonjang-ganjing (dualisme kepengurusan Arema) dulu, Akademi Arema berjalan seadanya dan bahkan nyaris tak terurus. Sekarang pun kami belum bisa benar-benar tenang, tapi kami tetap optimistis bisa dapat jalan keluar,” kata Prayitno kepada Tempo.
Kata dia, Akademi Arema sampai sekarang tidak mendapatkan fasilitas cukup, seperti mes pemain. Pengelola akademi sudah mengajukan anggaran ke manajemen Arema LSI, tapi belum dipenuhi kecuali diminta bersabar. Padahal, pengelola akademi harus mempersiapkan 25 pemain untuk menjalani kompetisi U-21 LSI dua pekan lagi.
“Kami tak meminta fasilitas yang muluk-muluk karena sadar kondisi sekarang sedang susah. Mes dan uang saku tak dapat pun tak apa-apa. Bagi kami sekarang, dapat uang makan Rp 30 ribu untuk tiga kali makan saja sudah cukup agar persiapan kami terbantu,” kata dia.
Akademi Arema merupakan salah satu dari 200-an sekolah sepak bola (SSB) yang ada di Malang Raya, yang didirikan sejak klub Arema Malang diambil alih PT Bentoel Prima dari pemilik lama, Lucky Adrianda Zainal, pada akhir Januari 2003. Nama Arema Malang lalu diganti jadi Arema Indonesia.
Akademi Arema dikelola profesional layaknya sebuah sekolah dengan pendidikan formal, yang kurikulum pendidikannya mengacu pada standar yang dibuat PSSI. Akademi memberlakukan penjenjangan kelas menurut kelompok umur U-14, U-16, U-18, dan U-21. Kelompok umur ini menjadi tim yunior Arema.
Siswa diajari teknik-teknik dasar sepak bola, seperti teknik menendang, menyundul, kontrol, mengumpan, dan melempar bola, sampai soal aturan dan etika di dalam dan di luar lapangan.
Kegiatan Akademi Arema berlangsung lancar selama biaya operasional akademi ditanggung Bentoel, tapi kemudian mulai terseok-seok setelah Bentoel melepas pengelolaan Arema Indonesia mulai 3 Agustus 2009. Kondisinya makin memprihatinkan setelah terjadi konflik dualisme kepengurusan Arema.
ABDI PURMONO