TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Barat Brigadir Jenderal Wahyu Indra Parmugari mengakui terjadi tindak penganiayaan terhadap kakak adik Faisal dan Budri oleh aparat Kepolisian Sektor Sijunjung. Namun, ia menegaskan bahwa penganiyaan tersebut tidak menyebabkan kematian keduanya.
"Berdasarkan pengusutan pidana yang berjalan, ada penganiayaan tapi tidak berkaitan dengan sebab kematian," kata Wahyu kepada Tempo seusai Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi III DPR-RI, Rabu, 1 Februari 2012. Menurut Kapolda Sumbar, tindak penganiayaan terjadi pada 26 Desember dan 27 Desember 2011.
Pelaku menggebuk punggung, memukul lengan, paha dan menyabet tungkai dan punggungnya. Fakta ini dikumpulkan berdasarkan kesaksian dari dua anggota Polsek Sijunjung yang menjadi saksi. Penyebab penganiayaan tersebut karena Faisal dan Budri dianggap tidak memberikan pengakuan soal pencurian motor dan kotak amal. "Ini dalam rangka mengejar pengakuan," ujar Wahyu.
Hasil investigasi, lanjut Wahyu, ternyata cocok dengan hasil visum milik kepolisian yang membuktikan bahwa Faisal dan Budri meninggal dunia karena gantung diri.
Polda Sumbar mengaku telah menyerahkan hasil autopsi tersebut pada Komisi III sebagai bukti bahwa Faisal dan Budri memang gantung diri. "Komisi III sudah membenarkan bahwa tidak ada rekayasa dalam kematian Faisal dan Budri. Mereka gantung diri," Wahyu menegaskan.
Petugas di Polsek Sijunjung juga menemukan beberapa indikasi bahwa Faisal dan Budri memang berniat gantung diri. Tim penyidik dari Mabes menemukan fakta bahwa pada tanggal 27 Desember 2011, Budri memilin-milin kaos warna kuning berlengan panjang. Ini kemudian dibuat seperti tali dan direkatkan dengan kain pel. "Berarti ada fakta dia sudah berkeinginan kuat untuk bunuh diri," kata Wahyu.
Kapolda Sumbar menepis dugaan jika keduanya gantung diri karena tertekan. Menurut Wahyu, penganiayaan yang diterima Faisal dan Budri tergolong ringan. "Berdasarkan visum, hanya ada dua luka lecet dan memar. Tidak benar jika mereka gantung diri karena tertekan disiksa," kata Wahyu.
ANANDA W. TERESIA