Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Beda Buaya Purba dan Buaya Masa Kini  

image-gnews
Casey Holliday menunjukan fragmen tengkorak Aegisuchus Witmeri alias 'Shield croc' yang berusia sekitar 95 juta tahun. columbiamissourian.com
Casey Holliday menunjukan fragmen tengkorak Aegisuchus Witmeri alias 'Shield croc' yang berusia sekitar 95 juta tahun. columbiamissourian.com
Iklan

TEMPO.CO , Jakarta:Temuan terbaru di bidang paleontologi menunjukkan buaya purba berukuran raksasa tampak mengenakan perisai di kepalanya. Asesoris yang belum pernah dijumpai sebelumnya pada buaya ini diduga berfungsi untuk mengintimidasi musuh sekaligus menarik perhatian pasangan.

Para peneliti menyebut buaya purba berperisai tersebut sebagai "Shieldcroc", dan merupakan nenek moyang awal dari buaya modern yang ditemukan di Afrika.

"Seiring dengan penemuan-penemuan lain, kita mengetahui bahwa nenek moyang buaya ternyata jauh lebih beragam dari yang disadari para ilmuwan sebelumnya," kata Casey Holliday, seorang ahli paleontologi vertebrata dan biologi evolusi di University of Missouri di Columbia, Amerika Serikat.

Shieldcroc diidentifikasi dari sepotong fosil tengkorak yang ditemukan di padang pasir di tenggara Maroko. Fosil tengkorak Shieldcroc saat ini dipamerkan di Royal Ontario Museum, Kanada, hingga beberapa tahun mendatang.

Buaya purba yang telah punah ini diperkirakan hidup sekitar 95 juta tahun lalu, di Zaman Dinosaurus. Saat itu, tempat hidupnya sebagian besar berupa laguna air tawar dengan hutan yang rimbun. Para peneliti memperkirakan buaya bernama ilmiah Aegisuchus witmeri ini sepupu dari nenek moyang buaya modern.

Dengan menganalisis cekungan dan benjolan tempat pembuluh darah menempel pada tulang tengkorak buaya, para peneliti menemukan adanya struktur melingkar menyerupai perisai pada bagian atas kepala. Struktur ini tidak pernah terlihat sebelumnya di buaya modern. Para peneliti memperkirakan perisai berguna untuk membantu mengontrol suhu di kepala buaya, sekaligus sebagai ciri penanda bagi kawan dan musuhnya.

"Buaya dan aligator modern menggunakan kepala mereka untuk pamer ke pasangan atau musuh yang menyusup ke wilayah mereka," kata Holliday. Aligator, lanjut dia, sering menempatkan kepala di udara untuk memamerkan profil tengkorak mereka. Adapun buaya, di sisi lain, menunjukkan kepala kepada penyusup atau pasangan dengan maksud mempertontonkan tanduk kecil di bagian belakang tengkorak mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kami tidak tahu gaya seperti apa yang mungkin dilakukan Shieldcroc di masa lalu. Tapi ada kecenderungan untuk memamerkan kepala kepada kerabat yang tinggal bersamanya," sambung Holliday.

Shieldcroc memiliki tengkorak lebih datar dibandingkan spesies buaya lainnya. Tengkorak datar ini membuat kepala Shieldcroc menjadi terlalu tipis untuk memudahkannya bergulat dengan dinosaurus. Sebaliknya, para peneliti menyatakan reptil kuno ini kemungkinan ahli menangkap ikan karena memiliki rahang tipis.

"Kami percaya Shieldcroc menggunakan wajah panjangnya sebagai alat perangkap ikan," kata peneliti Nick Gardner dari Marshall University. "Buaya itu menunggu sampai ikan berenang di depannya tanpa curiga. Kemudian saat berada cukup dekat, Shieldcroc hanya membuka mulut dan langsung melahap ikan itu."

Fosil yang ditemukan menunjukkan kepala Shieldcroc tidak hanya datar, tapi juga panjang, mencapai 1,5 meter. Panjang tubuhnya dari ujung kepala hingga ekor mencapai 9 meter. "Para peneliti memperkirakan ukuran tubuh Shieldcroc berdasarkan ukuran tengkoraknya," kata Gardner.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal PLoS ONE ini menunjukkan betapa beragam buaya pada zaman dulu. "Buaya seringkali disebut sebagai fosil hidup karena bentuknya belum banyak berubah selama jutaan tahun. Tapi yang lebih jauh lagi, kami menemukan mereka adalah kelompok hewan yang sangat beragam," kata Holliday.

LIVESCIENCE | MAHARDIKA SATRIA HADI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

 Presiden RI Joko Widodo menyampaikan sambutan saat menghadiri Muktamar XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Medan, Sumatra Utara, Sabtu 19 Agustus 2023. ANTARA/Gilang Galiartha
Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik


Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan terkait Piala Dunia U-20, di Istana Merdeka, Selasa, 28 Maret 2023. YouTube/Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.


Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Demonstran Anti Globalisasi berdemonstrasi menentang pertemuan World Economy Forum di Jenewa, (1/2).  AFP PHOTO / NICHOLAS RATZENBOECK
Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.


Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Tangkapan layar - Presiden Jokowi saat menghadiri Peringatan HUT ke 77 PGRI dan Hari Guru Nasional di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 3 Desember 2022. ANTARA/Indra Arief Pribadi)
Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi


Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.


BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan penganugerahan Habibie Prize 2022, yang bekerja sama dengan Yayasan SDM-IPTEK, pada Kamis, 10 November 2022. (Tangkapan layar YouTube/BRIN)
BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.


Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.


Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.


Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia | Source foto: freepik
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia