TEMPO.CO, Jakarta - Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat seperti hendak mengatur diri serba tertutup. Setelah rapat penentuan ruang yang berlangsung tak terbuka, pembongkarannya pun berlangsung kucing-kucingan. Setelah beberapa kali tertunda, pembongkaran ruangan senilai Rp 20 miliar itu akhirnya dimulai pada Kamis lalu, pukul 23.10 WIB.
Pembongkaran itu sebenarnya cuma untuk mengangkat kursi-kursi impor dari Jerman yang mengisi ruangan tersebut. Dengan sigap, pekerja dari beberapa perusahaan jasa pengiriman barang, yang dibantu pengamanan dalam DPR, mengangkut kursi seharga Rp 24 juta per unit itu.
Sempat terjadi kegaduhan pada awal pengangkatan kursi tersebut. Hal itu terjadi karena banyaknya jumlah wartawan yang meliput aktivitas tersebut. "Tolong diberi jalan dulu itu," kata seorang petugas pengamanan.
Prosesnya pun berlangsung tertutup. Sambil menunggu giliran tiap kursi dikeluarkan, pintu ruang Badan Anggaran tertutup rapat. Ketika pintu dibuka, lampu sengaja dimatikan agar seolah tak tampak aktivitas dalam ruangan tersebut.
"Saya tidak tahu kenapa pintunya tertutup dan lampunya dimatikan. Perintah dari atasan seperti itu," kata seorang petugas pengamanan dalam. Pengeluaran kursi-kursi itu berlangsung kurang-lebih satu setengah jam, hingga Jumat, pukul 00.30, kemarin. "Ayo, cepat, cepat dikeluarkan," kata petugas pengangkutan barang.
Berdasarkan pemantauan Tempo, kursi tersebut berjumlah lebih dari 100 unit dan ada empat unit kursi yang berbeda. Menurut penanggung jawab pengiriman barang yang menolak disebutkan namanya, total kursi 177 unit, yang diangkut menggunakan lima unit truk boks barang. "Ada empat kursi yang beda untuk pimpinan dan 173 lainnya untuk para anggota," ujar petugas.
Kursi yang masih terbungkus rapi itu, menurut petugas, akan dikirim ke PT Dekorindo Selbytra di Jalan T.B. Simatupang, Jakarta. Tapi, untuk penempatan barang, tidak dikirim ke kantor pusat PT Dekorindo.
"Dikirimnya ke gudang PT Dekorindo di kawasan Parung, Bogor," ujar petugas itu. Ketika Tempo mencoba duduk di kursi mewah itu, tak ada yang istimewa. Padahal harganya hampir setara dengan dua unit sepeda motor bebek. Tidak ada sandaran tangan. Memang, sandaran tubuh cukup lentur.
Kepala Hubungan Masyarakat Sekretaris Jenderal DPR Jaka Dwi Winarko mengatakan penggantian itu dilakukan pada malam hari agar tidak mengganggu aktivitas lain. "Supaya tidak mengganggu. Kan barang yang dibawa banyak, truknya juga banyak," ujarnya.
DIMAS SIREGAR | AFRILIA SURYANIS | FEBRIYAN | SUNUDYANTORO