TEMPO.CO, Jakarta - PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) hanya akan menangani tujuh badan usaha milik negara yang dinilai strategis. Ketujuh BUMN itu adalah PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia, PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia, PT Merpati Nusantara Airlines, PT Industri Sandang, PT Waskita Karya, dan PT Nindya Karya.
"Keputusannya baru disepakati tadi pagi dengan PPA," kata Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis Kementerian Badan Usaha Milik Negara Achiran Pandu Djajanto di kantornya, Senin 6 Februari 2012.
Sekretaris Perusahan PPA, Reny Rorong, mengatakan saat ini PPA sedang memantau penggunaan dan pengembalian dana di PT PAL, Merpati, Waskita Karya dan PT DI. Sedangkan PT Industri Sandang, PT NIndya Karya, dan BPUI masih dalah tahap penanganan oleh PPA.
Reni mengungkapkan rencana PPA untuk lebih fokus merestrukturisasi beberapa BUMN strategis dan mengelola aset menganggur BUMN tahun ini. Strategi kerja ini sesuai dengan arahan Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan.
Saat ini PPA sudah memberikan dana talangan ke PT PAL sebesar Rp 89 miliar, PT DI mendapat Rp 326 miliar, dan PT Industri Sandang mendapat Rp 25 miliar pada September 2011. Merpati juga mendapat dana talangan Rp 561 miliar yang sudah dikembalikan pada Januari 2012 lalu.
Selain itu, beberapa BUMN ini juga mendapat bantuan Penyertaan Modal Negara (PMN). Sampai tahun lalu, total PMN yang sudah disalurkan mencapai Rp 1,988 triliun. Dari jumlah itu PT PAL mendapat Rp 432 miliar, PT DI mendapat Rp 675 miliar, dan Merpati mendapat Rp 300 miliar.
Sementara itu, BUMN kecil yang tidak sehat rencananya akan diambil alih oleh BUMN yang lebih besar. "Sudah pasti akan dilepas, tinggal menunggu tahapan formalnya," tutur Reny.
Contoh BUMN kecil yang akan lepas dari program PPA adalah PT Survey Udara Penas yang akan diakuisisi oleh PT Surveyor Indonesia. Selain itu PT Balai Pustaka rencananya akan diakusisi PT Telkom Tbk setelah mengambil alih PT Pradnya Paramita.
ANGGRITA DESYANI