TEMPO.CO, Jakarta - PT Angkasa Pura I berupaya mengurangi delay pesawat dalam lalu lintas penerbangan. Deputi Direktur Operasi Lalu Lintas Penerbangan Eddy Prasetyo mengatakan Angkasa Pura I sedang membangun suatu sistem yang akan dijadikan sebagai model untuk mengatur kepadatan ruang udara dan mengoptimalisasikan airspace capacity di wilayah udara yang dikelola perusahaan.
Tahun ini PT Angkasa Pura (AP) I berniat melakukan modernisasi sistem pengawasan layanan lalu lintas penerbangan atau air traffic control (ATC) dengan membangun Flight Plan and Flow Management Centre (Flipmac) yang dipusatkan di Surabaya. Flipmac adalah metode pengaturan lalu lintas penerbangan dengan menerapkan sistem air traffic flow management (ATFM). ATFM telah dikembangkan di Eropa sejak 1996 dan mulai tahun 2000 berkembang secara global.
Dengan sistem Flipmac tersebut, kata Eddy, delay penerbangan bisa dikurangi hingga paling lambat 3 menit. Sebagai langkah awal percobaan, Angkasa Pura I akan mengujicobakan sistem tersebut di empat bandara. Empat bandara itu yakni Bandara Juanda di Surabaya, Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar, Bandara Sepinggan di Balikpapan, dan Bandara Ngurah Rai di Bali.
"Ke depan, seluruh pergerakan pesawat udara di empat bandara terpadat itu akan diatur dari Flipmac di Surabaya," kata Eddy. Hal ini karena Surabaya merupakan titik persilangan antara rute domestik dan internasional. Selain itu, jalur penerbangan Jakarta-Surabaya merupakan jalur penerbangan terpadat ke-5 di dunia dan terpadat ke-4 di Asia Pasifik dengan traffic 760 penerbangan per minggu.
"Peralatan sistem ini akan ditender pada Juni tahun ini juga. Dan terbagi menjadi 3 tahap pembangunan yang seluruhnya direncanakan bisa dioperasikan pada 2014," ujarnya.
Sementara itu Asisten Deputi Jaminan Kualitas Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Riza Fahmi mengatakan, dengan sistem Flipmac, toleransi keterlambatan terbang pesawat maksimal 3 menit. Bagi pesawat yang sudah lebih dahulu delay akan menunggu diberangkatkan setelah ada slot kosong.
"Itu sudah menjadi sanksi bagi maskapai yang sering delay. Karena sering delay, mereka akan lebih lama terbangnya,” kata Riza.
Karena berupaya menurunkan tingkat delay dari maskapai, AP I berencana mengajak AP II untuk bergabung dalam mengoperasikan sistem ini. Namun, kata Riza, AP II akan diajak bergabung untuk operasionalisasi traffic penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng. Untuk mengajak bergabung AP II, lanjut Riza, pihaknya sudah melakukan pembicaraan dengan pihak pengelola Bandara Soekarno-Hatta tersebut.
Menurut dia, sistem Flipmac milik AP I ini akan melengkapi sistem pengatur lalu lintas penerbangan Indonesia Slot Coordinator (IDSC) yang sudah terbentuk di areal Bandara Soekarno-Hatta. “IDSC hanya mengatur slot, Flipmac ini lebih teknis di lapangan. Jadi akan lebih riil,” tutur Riza.
Dengan ATFM Flipmac ini, katanya, maskapai akan dapat menghemat biaya operasional akibat delay. Penggunaan bahan bakar oleh pesawat juga bisa menghemat hingga rata-rata 150 liter per menit.
ROSALINA