TEMPO.CO, Jakarta - Terdakwa kasus suap Wisma Atlet Jakabaring, Muhammad Nazaruddin, membeberkan rincian pengumpulan dan pembagian duit untuk pemenangan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Demokrat pada 2010 lalu. Saat itu Nazar masih menjabat Wakil Bendahara Umum dan Bendahara Fraksi dan Anas jadi Ketua Fraksi Dewan Perwakilan Rakyat.
Empat bulan menjelang Kongres Demokrat di Bandung, Mei 2010, Nazar dan sejumlah politikus Demokrat mulai mengumpulkan fulus. “Yang aktif memenangkan Mas Anas itu saya (Nazar), Saan (Mustofa), Sudewo, Umar, Michael Wattimena, Pasha, dan ada dua-tiga orang lagi. Kalau yang lain, ibaratnya, ketika kuenya sudah diracik baru ada,” kata Nazaruddin dalam sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta pada Rabu, 22 Februari 2012.
Menurut Nazar, saat itu sejumlah politikus menyumbangkan uang pribadinya untuk pemenangan Anas. Salah satunya adalah Wakil Ketua Badan Anggaran DPR, Mirwan Amir, yang menyumbang Rp 20 miliar. Semua dana disimpan oleh Eva, staf keuangan Fraksi Demokrat.
“Kami ada posko di Senayan City lantai 3, apartemen yang kami sewa. Di situ ada brankas, yang bisa buka hanya Eva. Uang didrop di situ oleh Mas Anas. Nanti tinggal Eva melaporkan ke saya pengeluaran-pengeluarannya,” kata Nazar.
Sebelum kongres digelar, Nazar dan kawan-kawan delapan sampai sembilan kali mengundang 396 anggota Dewan Pimpinan Cabang Demokrat ke Jakarta. Dalam setiap pertemuan yang digelar di berbagai tempat, seperti Hotel Sultan dan Senayan City, tim Nazar menyiapkan uang akomodasi dan uang saku sebesar Rp 10-15 juta untuk para pimpinan cabang yang hadir. Dari hasil konsolidasi, 298 pimpinan cabang menyatakan akan mendukung Anas dalam bursa ketua umum.
Saat Kongres Demokrat di Bandung, tim Nazar juga menyiapkan segepok fulus. “Untuk hari H di Bandung sudah dihitung-hitung perlunya antara Rp 80-100 miliar. (Tugas) saya lebih pada merealisasikan untuk DPC. Di bandung, uang itu dibagikan ke DPC-DPC,” kata Nazar.
Pada tahap pertama, Nazar menjelaskan, tim sukses Anas menyiapkan US$ 3 ribu dan Rp 20 juta untuk tiap DPC. Kemudian pukul 06.00 di hari pemilihan, tim Nazar menyiapkan US$ 5 ribu. “Ada yang (dapat jatah) lebih, kalau memang DPC itu agak perlu ditambahin. Tapi, intinya semuanya (298 DPC) dapat US$ 10 ribu,” kata dia.
Anas kemudian menang dalam tahap pertama pemilihan dan maju ke tahap berikutnya untuk bertarung dengan kandidat ketua umum lainnya, Marzuki Alie. Saat itu, kata Nazar, ada 84 DPC, yang semula mendukung Andi, diperebutkan kubu Anas dan Marzuki. Untuk mendapatkan suara 84 DPC, kubu Anas pun kembali mengucurkan duit.
Dari 84 DPC, 70 di antaranya akhirnya berbalik mendukung Anas. “Satu DPC ada yang (dapat) US$ 10, 15, dan 20 ribu. Total putaran satu ke putaran dua habis sekitar US$ 1,7 juta,” kata Nazar.
ISMA SAVITRI