TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyambut baik keputusan rencana kenaikan harga BBM. "Lebih baik naik daripada dibatasi tidak boleh gunakan Pertamax yang harganya dua kali dari Premium," kata anggota pengurus harian YLKI, Tulus Abadi, ketika dihubungi Tempo, Jumat, 24 Februari 2012.
Ia menganggap kenaikan harga BBM adalah hal yang rasional mengingat tingginya harga minyak dunia. "Kenaikan itu realistis jika mengacu penghemat anggaran subsidi," katanya. Namun ia juga mengkhawatirkan dampak inflasi yang dimungkinkan dari kenaikan harga BBM. "Organda saja sudah bilang akan naikkan tarif jadi 35 persen."
Sebelumnya pemerintah mengindikasikan akan menaikkan harga bahan bakar minyak dalam waktu dekat. Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan pemerintah akan mengajukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan pada awal Maret nanti ke Dewan Perwakilan Rakyat.
Menurut Tulus, besaran yang paling cocok dalam kenaikan BBM adalah tidak lebih dari Rp 1.000. "Berpatokan dari hasil konsorsium tiga universitas: UGM, ITB, dan UI, tentang pengaturan BBM," katanya.
Tulus mengatakan rencana kenaikan harga BBM tidak akan memberikan pengaruh signifikan bagi pengurangan tingkat konsumsi BBM. "Transportasi publiknya tidak memadai, orang-orang tetap gunakan mobil pribadi," ujarnya.
Karena itu, menurut Tulus, usaha paling baik untuk mengurangi jumlah konsumsi BBM adalah dengan meningkatkan kenyamanan pelayanan kendaraan umum.
ANANDA PUTRI