TEMPO.CO, Jakarta - M. Nazaruddin disebut-sebut pernah menyetorkan duit ke Partai Demokrat. Menurut Yulianis, bekas Wakil Direktur Keuangan Grup Permai milik Nazaruddin, uang itu diberikan bosnya pada saat Kongres Partai Demokrat, 21-23 Mei 2010. Bukan 100-200 ratus juta rupiah nilai uang yang digelontorkan Nazar saat itu, melainkan Rp 30,55 miliar dan US$ 2 juta. "Itu uang hasil keuntungan perusahaan dari proyek di beberapa lembaga pemerintah selama 2009," kata Yulianis kepada Tempo, 23 Februari 2012.
Pekerjaan yang dimaksud Yulianis adalah proyek Sekolah Tinggi Penerbangan di Kementerian Perhubungan, proyek flu burung pada Kementerian Kesehatan, dan proyek universitas untuk Kementerian Pendididikan. Dari deretan proyek itu, Nazar mereguk keuntungan hingga Rp 600 miliar, belum termasuk fee Rp 200 miliar dari setoran perusahaan subkontraktor proyek yang dimenangi perusahaan Nazar. "Tapi saat itu perusahaan belum merambah Kementerian Pemuda dan Olahraga," ujarnya.
Beberapa hari menjelang Kongres Partai Demokrat, Nazar menarik duit-duit itu. Nazar juga mendapat sumbangan dari beberapa orang yang mencapai US$ 3 juta. Kata Yulianis, uang itu untuk Kongres Partai Demokrat. Tapi seluruh uang tak langsung diboyong ke Bandung, tempat Kongres berlangsung, melainkan diendapkan dahulu pada brankas perusahaan.
"Yang membawa uang itu ke Bandung, saya," ujarnya. Yulianis mengangkut lembaran duit secara bertahap dengan lima iringan mobil. "Iringan paling depan adalah mobil patroli polisi," ujarnya.
Usai persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, 27 Januari 2012, Nazar pernah mengeluarkan duit Rp 30 miliar dan US$ 5 juta. Tapi duit miliaran rupiah itu bukan ditujukan untuk Kongres Partai Demokrat, melainkan guna kepentingan pemenangan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
“Jangan pakai asumsi yang direkayasa. Panitia Kongres itu ada tempatnya, tapi bukan di Hotel Aston," kata Nazar. "Kalau Hotel Aston itu yang menyewa panitia Anas Urbaningrum. Sementara saya bendahara pemenangan Anas.”
ANTON SEPTIAN | CORNILA DESYANA