TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrat sedang menyiapkan pergantian pengurus partai dan fraksi besar-besaran dari pusat sampai daerah. Langkah ini diharapkan mendongkrak citra partai yang hancur sejak setahun belakangan.
Wakil Ketua Fraksi Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat, Sutan Bhatoegana, menyebut langkah partainya itu sebagai gerakan "bersih-bersih". "Mudah-mudahan ini cara jitu untuk membuat partai Demokrat diperhatikan orang," kata Sutan, yang juga pendiri Demokrat, di gedung DPR, Jakarta, kemarin.
Menurut dia, ini bukti bahwa partainya berkomitmen bebas dari korupsi. Sutan pun menerangkan Demokrat memperkuat peran Komisi Pengawas bentukan Dewan Kehormatan Demokrat dengan wewenang memberi masukan kepada Dewan Pembina mengenai kader yang cocok untuk menjadi pejabat di fraksi. "Sekarang ada beberapa yang sudah mulai diubah. Nanti ditingkatkan ketua komisi, lalu ketua fraksi."
Sutan mengatakan kebijakan "bersih-bersih" merupakan imbas dugaan keterlibatan sejumlah elite partainya dalam kasus proyek Wisma Atlet di Palembang. Ia berjanji partainya tak akan tebang pilih dalam rotasi ini. Ia mencontohkan pemecatan pengurus pusat yang bermasalah dan menjadi tersangka, seperti Muhammad Nazaruddin, Angelina Patricia Pingkan Sondakh, dan Sudewo. Nazaruddin dan Angelina diduga terlibat dalam kasus Wisma Atlet. Namun Sutan menolak menyebutkan alasan pencopotan Sudewo dari jabatan Sekretaris Divisi Pembinaan Organisasi Demokrat.
Soal rotasi pemimpin dan anggota Fraksi Demokrat di DPR, ia menuturkan, itu perintah Dewan Pembina. Sutan tak membantah jika disebutkan salah satu alasan pergantian pemimpin fraksi adalah Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono marah akibat penempatan Angelina di Komisi Hukum DPR. Akhirnya, Angelina dikembalikan ke Komisi Olahraga, setelah Demokrat menuai kritik pedas dari publik. "Logikanya demikian." Namun Sutan mengaku tak tahu siapa saja pemimpin fraksi dan komisi dari Demokrat yang akan dicopot.
Seorang petinggi Dewan Pembina telah mengungkapkan rencana pergantian Jafar Hafsah dari posisi ketua fraksi. Tapi Jafar dan sejumlah pengurus pusat menyatakan belum mengetahui kebijakan itu.
Wakil Ketua Umum Demokrat Max Sopacua mengatakan jabatan ketua fraksi harus diberikan kepada orang yang loyal terhadap partai sekaligus piawai dalam berkomunikasi dengan pihak lain. Figur itu akan ditentukan oleh pengurus pusat dan Dewan Pembina. Max menilai Jafar sudah melakukan fungsi komunikasi, tapi kurang intensif.
Pendiri Demokrat Jawa Tengah, Dani Sriyanto, menyatakan yakin Komisi Pengawas bakal memeriksa para pengurus yang terlibat dalam kasus Wisma Atlet, termasuk Ketua Umum Anas Urbaningrum. "Saya yakin Anas akan diperiksa dan akan direkomendasikan untuk diberhentikan," katanya kemarin. "Tunggu saja tanggal mainnya." Dani telah memberikan data politik uang di Kongres Demokrat pada 2010 kepada Komisi Pengawas pekan lalu.
Anas telah membantah tudingan menggunakan uang komisi proyek Wisma Atlet untuk pemenangannya di kongres. Ia pun menilai tuduhan Nazaruddin itu tak berdasar.
l IRA G | I WAYAN AGUS P | ROFIUDDIN | Jobpie S