TEMPO.CO, Jakarta-
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Yanti Sukamdani mengatakan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL) bakal menaikkan biaya produksi baik hotel maupun restoran. “Efek berikutnya pasti ke tarif," kata Yanti saat dihubungi Tempo, hari ini.
Yanti menjelaskan, biaya listrik memiliki porsi 75 persen dari total biaya energi. Sementara itu, biaya energi memiliki porsi 40 persen dari total biaya produksi. Cukup tinggi. “Kenaikan BBM juga akan menaikkan biaya transportasi dan energi untuk genset,” ucapnya. Meski begitu, Yanti belum tahu berapa besar kenaikan tarif akibat kebijakan tersebut nantinya. "Tidak tahu, saya belum menghitung," katanya.
Indonesia, kata Yanti, disebut-sebut Kementerian Pariwisata sebagai destinasi ke-4 paling valueble atau paling murah di dunia. "Hotel di Indonesia paling mahal US$ 60-70, jauh lebih murah dibandingkan Singapura US$ 200, meski biaya pembangunan tak jauh berbeda. Keunggulan kita murah, kalau begini bagaimana, yang kasihan customer."
Untuk mempertahankan keunggulan wisata murah, pebisnis hotel marak mengadaptasi konsep green hotel. "Untuk mengurangi biaya energi, sampah, air didaur ulang,"ucapnya.
MARTHA THERTINA