TEMPO.CO, Jakarta - Ancaman tingginya inflasi dampak dari rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan tarif daya listrik (TDL) menghambat apresiasi rupiah. Di tengah menguatnya mata uang Asia, rupiah tidak mampu mendekat ke level 9.100 per dolar Amerika Serikat (AS).
Suku bunga acuan BI Rate yang dipertahankan oleh Bank Indonesia di level 5,5 persen dan ekspektasi inflasi mencapai 7 persen dampak kenaikan BBM membuat sebagian investor merasa bahwa berinvestasi dalam mata uang rupiah menjadi kurang menarik. Sebab suku bunga akan lebih rendah dari inflasi.
Di transaksi pasar uang hari ini, Kamis, 8 Februari 2012, nilai tukar rupiah ditutup melemah 17 poin (0,19 persen) ke level 9.135 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Lindawati Susanto menjelaskan seiring dengan menguatnya bursa saham domestik dan terapresiasinya mata uang regional seharusnya rupiah juga positif. Namun karena masih tingginya ketidakpastian kenaikan harga BBM dan TDL membuat para pelaku pasar bersikap hati-hati dan menunggu kebijakan yang akan digulirkan oleh pemerintah. “Belum adanya kepastian harga BBM akan naik, dan berapa besar kenaikannya, membuat para pelaku pasar lebih menahan diri untuk masuk ke pasar hingga semuanya menjadi jelas,” tuturnya.
Rendahnya penawaran yang masuk dalam lelang Surat Utang Negara Selasa lalu mengindikasikan bahwa investor menahan diri untuk berinvestasi dalam mata uang rupiah. Ancaman melambungnya inflasi imbas dari kenaikan BBM masih menjadi ancaman rupiah.
Masih menurut Lindawati, optimisme tercapainya kesepakatan obligasi swap antara pemerintah Yunani dan kreditur swasta membuat euro kembali menguat ke level US$ 1,31 dan bursa saham juga menguat. Seharusnya rupiah memang menguat seiring dengan terdepresiasinya dolar AS terhadap mata uang utama dunia. Namun karena para pelaku pasar masih menunggu kebijakan yang akan dikeluarkan pemerintah serta dampak kenaikan BBM terhadap inflasi membuat penguatan rupiah masih mengalami ganjalan.
Dolar Singapura sore ini menguat 0,38 persen menjadi 1,253, won menguat 0,58 persen ke 1.118,28, peso terapresiasi 0,75 persen ke 42,595, ringgit menguat 0,63 persen menjadi 3,0103, serta baht Thailand juga menguat 0,63 persen ke 30,54 per dolar AS.
VIVA B. KUSNANDAR