TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia, Ambar Tjahyono, menargetkan transaksi langsung pameran produk furnitur dan kerajinan yang akan berlangsung selama 11-14 Maret 2012 akan mencapai US$ 500 juta. Angka ini naik 25 persen dibanding pencapaian tahun lalu.
"Peningkatan transaksi ini sebagai bentuk optimisme kami karena meningkatnya jumlah pembeli," tutur Ambar dalam pembukaan pameran yang mengundang 4.000 pembeli dari 107 negara, Ahad, 11 Maret 2012.
Wakil Menteri Perindustrian, Alex Retraubun, mengatakan Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk menembus pasar internasional. Pasalnya, bahan baku yang tersedia di Indonesia banyak dan beragam jenisnya.
Ia menjelaskan puncak ekspor furnitur Indonesia terjadi pada 2008 senilai US$ 118 miliar, tapi turun 25 persen pada 2009 karena krisis global. Penurunan terjadi akibat krisis keuangan global.
Meski saat ini perekonomian dunia juga sedang memburuk, produksi bahan baku yang melimpah ditambah dengan pelarangan penjualan bahan baku mentah justru memberi peluang pada industri dalam negeri. “Indonesia diharapkan bisa menunjukkan pada dunia bahwa kita memiliki furnitur alami dan berdaya saing tinggi. Indonesia menjadi tempat tujuan membeli bahan jadi rotan, seperti mebel dan furnitur,” kata dia.
Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar, memperkirakan dalam dua tahun mendatang pendapatan domestik bruto bakal mencapai US$ 1 triliun. Untuk mencapai hal itu salah satunya adalah dengan memanfaatkan produksi kerajinan dalam negeri, bukan hanya peningkatan jumlahnya, melainkan kualitas desain dan keunikannya.
AYU PRIMA SANDI